Dari Hulu Ke Parapat, Dari Dulu AQUA Bermanfaat

  • Bagikan

SETIAP mendengar dan melihat kata AQUA kita langsung teringat air minum dalam kemasan yang sangat populer. Populer karena diminati masyarakat sejak 50 tahun lalu. AQUA (atau disebut juga Danone-AQUA) adalah merek air minum dalam kemasan yang diproduksi oleh AQUA Group sejak tahun 1973.

Produk AQUA berasal dari sumber air pegunungan di Indonesia yang diklaim pemilihannya melalui penelitian lebih dari 1 tahun. AQUA juga berfokus pada upaya memelihara keberlanjutan sumber air dengan melindungi ekosistem dan menjaga kemurnian kandungan mineralnya.

Dari data yang ada, AQUA mengoperasikan 21 pabrik yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi di bawah perusahaan PT Tirta Investama, PT AQUA Golden Mississipi, dan PT Tirta Sibayakindo. Seluruh operasi bisnis dan produksi AQUA dikoordinasikan oleh kantor pusat yang terletak di Kuningan, Jakarta Selatan.

Guna menjaga keberlangsungan produksi, perusahaan terus melakukan berbagai upaya dan penelitian bersama elemen masyarakat agar memberikan manfaat untuk kesehatan, lingkungan, dan masyarakat. Dan manfaat ini sudah berlangsung sejak perusahaan berdiri.

Terbaru manfaat kehadiran AQUA dirasakan masyarakat Langkat, Sumatera Utara.

Di atas lahan seluas 3.200 meter persegi di tepi Jalan Raya Binjai – Namu Ukur sejumlah penduduk Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai yang tergabung dalam Kelompok Tani Sehat dalam beberapa bulan terakhir ini menjalankan sistem pertanian ramah lingkungan yang didukung AQUA.

“Kami berkumpul di sini dua kali seminggu untuk belajar bersama bagaimana membuat pupuk organik dan mengelola tanaman secara organik pula,” ujar Supriyanto, 54, seorang petani kepada wartawan akhir September 2023 lalu yang melihat langsung bagaimana anggota kelompok tani ini beraktivitas.

“Di sini kami saling berbagi pengalaman dan pengetahuan sambil terus belajar bagaimana mengelola pertanian sehat, untuk kemudian diterapkan di lahan kami masing-masing,” tambah Supriyanto.

Dari Hulu Ke Parapat, Dari Dulu AQUA Bermanfaat

Rumah kompos Kelompok Tani Sehat di Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Waspada/Ist

Ramah Lingkungan

Kelompok Tani Sehat terbentuk sejalan dengan pengenalan program pertanian ramah lingkungan untuk masyarakat Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Sei Bingai, Kabupaten Langkat oleh Pabrik AQUA Langkat dengan mitra pelaksana Sources of Indonesia (SOI) pada 2019.

Sejak saat itu para petani diajarkan membuat kompos padat dan kompos cair dengan memanfaatkan kotoran ternak. Kemudian dilanjutkan pengelolaan tanaman padi secara ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan alamiah pada 2020.

Awalnya para petani tidak percaya bahkan pesimis, bahwa tanpa menggunakan pupuk kimia yang sudah puluhan tahun mereka pakai, akan memberi hasil yang serupa kuantitasnya dengan memakai pupuk organik.

Terbukti setelah pengenalan metode Sekolah Lapang dengan System of Rice Intensification (SRI) hasil yang diperoleh justru menyamai hasil panen biasa dan cenderung meningkat, selain itu petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli pupuk yang saat ini cukup sulit diperoleh, dan ketika pupuk tersedia harganya juga membuat kantong petani menjerit. Para petani hanya memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di sekitar desa.

Program pemberdayaan masyarakat Pabrik AQUA Langkat melalui kegiatan pertanian ramah lingkungan ini diteruskan pada 2021 hingga saat ini dengan mendorong pertanian holtikultura dengan komoditas tomat, cabai, jagung, melon, dan lain-lain sebagai bahan belajar kelompok.

Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA Langkat Jimmi Simorangkir pada kesempatan itu mengatakan, kegiatan pertanian ramah lingkungan ini bertujuan membantu masyarakat di sekitar pabrik AQUA Langkat di Desa Pasar VI Kwala Mencirim dan Desa Namu Ukur Utara agar dapat meningkatkan perekonomian melalui peningkatan hasil pertanian yang dikelola secara ramah lingkungan. Hasil pertanian dari Kwala Mencirim ini pun jadi lebih sehat untuk dikonsumsi masyarakat.”

Supriyanto yang juga mengembangkan tanaman holtikultura di lahannya sendiri mengakui bahwa ia kini merasa jauh lebih berbahagia setelah mengembangkan pertanian ramah lingkungan.

“Sekarang kami tidak ragu lagi untuk bertani, karena melalui pertanian ramah lingkungan kami selalu mendapatkan keuntungan finansial. Dulu, banyak dana harus kami keluarkan untuk membeli pupuk kimia sebelum mulai bertani. Sesudah itu hasil pertanian kami justru malah tidak menutupi pengeluaran membeli pupuk kimia itu,” jelas Supriyanto.

“Dulu dengan pupuk kimia kami ikut mengurangi kesuburan tanah. Sekarang dengan menggunakan pupuk organik kami dapat memperbaiki dan kembali menyuburkan tanah, sehingga hasil pertanian pun ikut meningkat,” ungkap Supriyanto penuh semangat.

Petani Tersenyum

Para petani di sekitar Pabrik AQUA Langkat kini sudah bisa tersenyum. Mereka dapat mencari nafkah melalui sektor pertanian dengan menggunakan bahan-bahan alamiah yang berasal dari lingkungan sekitar dan dimanfaatkan untuk kebaikan alam juga.

Sementara itu untuk para ibu-ibu, Pabrik AQUA Langkat dengan mitra pelaksana Yayasan Sources of Indonesia juga punya program tersendiri.

“Kami mengedukasi, mendampingi, dan membentuk sebuah Kelompok Pertanian Pekarangan Ramah Lingkungan yang didominasi oleh kaum perempuan yang diberi nama Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif (PIK). Kelompok ini berdiri sejak tahun 2020, mulanya kami hanya mengajak ibu-ibu mengelola sampah rumah tangga menjadi eco enzyim, yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan rumah mereka,” ujar Direktur Eksekutif Sources of Indonesia Renta Morina E. Nababan.

“Selama perjalanan kelompok, hasil dari pekarangan rumah sendiri terbukti mampu membantu para ibu rumah tangga untuk menyediakan makanan yang lebih sehat di meja makan keluarga masing-masing.

Selain itu sebagian dari hasil panen juga mereka manfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga dari hasil penjualan tanaman,” tambah Renta Nababan yang akrab dipanggil Iren ini.

“Kedua program tersebut di atas jelas memperlihatkan bahwa Pabrik AQUA Langkat bukan hanya sibuk menghasilkan air minum dalam kemasan yang berkualitas tinggi yang bermanfaat untuk kesehatan, namun juga menjalankan berbagai kegiatan yang membawa dampak positif untuk lingkungan sekitar dan sekaligus ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkas External Relations Danone-AQUA Wilayah Sumatera, Wirnos.

Sejarah

Menurut Corporate Communication Danone Indonesia Michael Leimena, AQUA awalnya didirikan oleh Tirto Utomo pada tahun 1973 dengan pabrik pertamanya di Bekasi. Ia merupakan pengusaha Indonesia yang pertama kali memperkenalkan minuman air putih dalam kemasan di Tanah Air.

Menurut Mike panggilan akrab Michael Leimena, ide untuk membuat air mineral kemasan ini pada saat Tirto sedang bekerja dengan perusahaan Pertamina. Pada saat itu, Pak Tirto sedang menjamu tamu dari luar negeri yang sering mengeluh soal air minum, lanjut Mike.

Dari catatan, PT AQUA Golden Mississippi merupakan perusahaan pemegang merek Aqua. Perusahaan ini tercatat menjadi produsen air mineral minum kemasan terbesar di Indonesia dari sisi pangsa pasar.

Sejarah AQUA hingga sangat populer ini tak bisa dilepaskan dari Tirto Utomo. Ia merupakan pengusaha Indonesia yang pertama kali memperkenalkan minuman air putih dalam kemasan di Tanah Air.

Pada tahun 1970-an, minuman air putih atau air tawar yang dikemas dalam botol merupakan hal yang dianggap tidak lazim. Membotolkan air minum saat itu masih dianggap hal yang aneh dan sulit diterima.
Air konsumsi umumnya adalah air tanah yang direbus, bukan air yang dikemas dalam botol. Sementara air botol berasal dari air yang disterilkan.

Tirto Utomo mulai merintis bisnis air mineral kemasan pada tahun 1973 dengan mendirikan pabrik di Pondok Ungu, Bekasi.

Setahun setelahnya, perusahaan memperkenalkan merek AQUA dengan kemasan 950 ml dalam botol kaca dari pabriknya di Bekasi.

Air kemasan itu dijual seharga Rp75 per botolnya. Produk air minum kemasan ini menemukan momentum pada saat yang tepat.

Dalam periode tahun 1970-an itu, banyak pekerja kontraktor asing dari Hyundai, Korea Selatan, yang mengerjakan proyek Tol Jagorawi. Pekerja-pekerja asing tersebut merupakan salah satu pelanggan pertama AQUA.

Kebiasaan meminum air kemasan di tengah pengerjaan proyek tersebut rupanya menular kepada pekerja lokal. Dari mulut ke mulut lantaran kepraktisannya, AQUA kemudian mulai diterima di masyarakat.

Seiring produknya yang semakin meluas di Tanah Air, pada 1984 AQUA kemudian membangun pabrik kedua di Pandaan, Malang, untuk menyasar pangsa pasar di Jawa Timur. Tahun 1985, AQUA juga mulai memperkenalkan kemasan yang lebih kecil, yaitu 220 ml yang berbentuk gelas plastik.

Hingga kini, AQUA tetap melanjutkan komitmen untuk melayani kebutuhan nutrisi dan hidrasi sehat melalui jutaan pedagang yang menjual produk di Indonesia dan disiapkan oleh hampir dari 15.000 karyawan di seluruh Indonesia.

Begitulah AQUA, sejak dulu bermanfaat bagi masyarakat, tidak hanya di Langkat saja tapi di seluruh lingkar pabrik di Indonesia. (Partono Budy/Dari bebagai sumber)


  • Bagikan