Edisi Filsafat AlamFILSAFAT MATA“Belajar Dari Mata”

Oleh : H. Hasan Bakti Nasution

  • Bagikan

Mata adalah salah satu pancaindera, yaitu mata, telinga, mulut, lidah, hidung dan kulit. Sebagai indra, adanya lima indra ini merupakan suatu hal yang mesti ada, dan dijadikan sebagai standard kehormatan. Jika salah satunya kurang dianggap kurang normal atau disabilitas, namun jika lebih dianggap sebagai kelebihan yang disebut dengan “memiliki indra keenam”.
Kembali ke persoalan mata, filsafat mata akan berbicara tiga hal, apa, sumber atau asal dan gunanya. Sejauh kajian filsafat, persektif yang digunakan tidak hanya sebatas fisik, melainan juga metafisir sebagai sesuatu yang dibalik fisik. Misalnya, ketika berbicara mata, filsafat akan menukik pada mata dalam arti metafisis, yaitu mata hati atau mata bathin.
Bagi kaum filsuf, makna inilah yang mendahului makna zahir, karena makna zahir, yaitu mata secara fisik memiliki keterbatasan pandangan, ia sering terikat dengan tiga dimensi dan cahaya. Berbeda dengan mata bathin yang lintas batas, ia bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat mata secara fisik. Bahkan kecerdasannya semakin maksimal ketika mata secara fisik tidak digunakan dengan memejamkan mata.
Kecerdasan yang paling diutamakan ialah kemampuan mengurai kebenaran secara obyektif intuitif, yang bisa dihasilkan tanpa menggunakan mata secara fisik. Ketidak mampuan ini dikelompokkan sebagai tunanetra hati, sebagaimana diilustrasikan al-Qur’an surat al-Hajj/22: 46), yang artinya: “Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar ?. Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada”.
Begitu pentingnya mata hati ini, sehingga al-Qur’an menjadikannya sebagai standard kemanusiaan, sebagaimana digambarkan al-Qur’an surat al-A’raf/7: 179, yang artinya: “Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka memiliki mata tetapi tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka memiliki telinga tetapi tidak menggunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”.
Maka perkuatlah mata bathin, pasti keterbatasan mata secara fisik akan tertutupi, tetapi tidak sebaliknya. (14-6-2023).
FILSAFAT

Edisi Filsafat AlamFILSAFAT MATA“Belajar Dari Mata”

  • Bagikan