Alquran Dan Sains: Fakta Ilmiah Di Balik Puasa

  • Bagikan
Alquran Dan Sains: Fakta Ilmiah Di Balik Puasa

Dr. Hasan Matsum, M.Ag

“….Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(QS.al-Baqarah : 184)

Ismail Haqqi Al-Buruswi, dalam kitab tafsir Ruhul Bayan menjelaskan penggalan terakhir ayat di atas dengan makna berpuasa itu lebih baik bagimu wahai orang yang sakit atau dalam perjalanan atau orang-orang yang tidak kuat berpuasa dibandingkan mengganti pada hari yang lain atau membayar fidyah jika kamu mengetahui. Secara implisit makna yang  tersimpan pada kalimat “jika  kamu mengetahui” mendorong  umat Islam untuk mengatahui secara mendalam melalui penelitian ilmiah tentang kebaikan atau manfaat berpuasa bagi dirinya. Hingga saat ini, salah satu manfaat berpuasa yang telah diteliti secara limiah adalah tentang kesehatan fisik.

Dalam tulisan ini akan dinukil satu penelitian yang dilakukan oleh Yoshinori Ohsumi pemenang  hadiah Nobel Fisiologi dan kedokteran tahun 2016 yang menemukan adanya mekanisme autophagi (memakan diri sendiri) dalam tubuh manusia. Istilah autophagi ini ada yang menyamakannya dengan mekanisme autolisis. Cara kerja mekanisme ini berhubunngan dengan daur ulang/pembersihan di dalam tubuh melalui puasa. Pertama-tama energi akan diperoleh dari glucosa hasil makan sahur, setelah habis, energi diperoleh dari glucosa/glicogen dalam darah. Bila kandungan glicogen berkurang, otak menyatakan lapar lalu menyuruh kita makan. Bila kita sedang berpuasa otak akan otomatis menghidupkan program autolisis. Ketika autolisis diaktifkan, maka ia segera beraksi. Autolisis akan mencari database rancangan dasar (fithrah) manusia. Secara keseluruhan ada sekitar 50 trilyun sel penyusun tubuh yang terdiri dari sekitar 200 jenis sel. Berbekal data detail setiap sel autolisis menjelajah seluruh tubuh. Autolisis mengerti bagaimana seharusnya kondisi sehat dari setiap jenis sel, dibagian tubuh mana seharusnya sel itu berada, dan berapa banyak jumlah dari tiap jenis sel yang ideal bagi tubuh. Ia akan menghampiri dan memakan sel-sel liar yang tidak terdapat dalam daftar fithrah. Bila sel-sel liar habis, ia akan mendatangi timbunan lemak dalam tubuh dan membakar (oksidasi) lemak.

Dengan demikian autolisis akan menghilangkan sel-sel rusak, sel-sel mati, benjolan hingga tumor serta timbunan lemak yang sering menjadi sarang zat beracun (penyakit). Sel-sel liar dan lemak yang telah dihancurkan akan dibawa ke hati. Saat kita berpuasa, hati tidak disibukkan oleh hasil serapan dari usus. Oleh karena itu hati akan bekerja penuh menyaring racun-racun hasil autolisis. Selanjutnya racun akan dibuang keluar tubuh. Disinilah proses detoksifikasi (pengeluaran racun/penyakit) terjadi.

Ketika berpuasa darah juga akan dipenuhi energi dan nutrisi yang sehat dan berkualitas tinggi, sehingga penggantian sel mati, perbaikan sel rusak, dan pembentukan sel baru, terjadi dengan kualitas prima. Tubuh kita segera memiliki sel- sel baru dengan kualitas fithrah, sehat dan berfungsi baik kembali. Ketika kita berpuasa, energi yang dihemat dari sistem pencernaan, akan digunakan untuk  aktifitas sistem kekebalan tubuh dan proses berpikir oleh otak. Oleh karena itu dengan puasa penyakit lebih mudah disembuhkan dan kita lebih mudah menerima pelajaran maupun berpikir. Namun dibalik semua itu, rahasia kemampuan autolisis terletak pada niat. Autolisis hanya akan aktif bila kadar glicogen/glucosa darah berkurang dan otak menyimpulkan kita lapar dan harus makan namun kita telah berniat tidak makan atau berpuasa. Autolisis tidak akan aktif ketika tidak niat berpuasa. Inilah salah satu rahasia besar niat berpuasa. Secara sederhana autolisis adalah sistem automatis dalam tubuh yang memformat ulang kondisi tubuh ke kondisi ideal. Hal ini mirip seperti kita memformat Secure Digital (sd) Card. Setelah diformat ulang sd card akan bersih, kembali pada kondisi fitrah sebagaimana baru keluar dari pabrik. Jika kita perhatikan uraian diatas, maka amat mengena sabda Rasulullah saw. bersumber dari Abi Hurairah “Setiap sesuatu itu ada zakatnya, dan zakat tubuh adalah berpuasa” (HR.Ibnu Majah).

Sebagaimana umum diketahui bahwa makna zakat adalah bersih, suci, membersihkan dan mensucikan, maka puasa merupakan pembersih diri orang yang berpuasa dari segala keburukan dan penyakit, baik penyakit fisik maupun psikis. Oleh karena itu tentu tidak berlebihan apa yang disabdakan Rasulullah saw. bahwa orang yang berpuasa dengan niat ikhlas karena Allah, ia akan kembali bersih (fitrah) sebagaimana bayi yang baru dilahirkan (Hadis dari Abi Salamah, diriwayatkan oleh Ibnu Majah).

Tulisan ini hanya mengungkap sedikit hasil penelitian ilmiah tentang kebenaran ayat-ayat Allah. Tentu sangat dibutuhkan rangkaian penelitian berikutnya khususnya dalam mengungkap rahasia tersembunyi dari pesan-pesan ilahi. Wallahu a’lam.

 
Penulis Ketua Umum MUI Kota Medan

  • Bagikan