Jejak Sejarah Jalur Perdagangan Rempah Dunia Di Aceh Timur

  • Bagikan
Jejak Sejarah Jalur Perdagangan Rempah Dunia Di Aceh Timur

AJANG Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VIII tahun ini berbeda dengan PKA sebelumnya, karena temanya adalah rempah. Namun lokasinya sama yakni Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh. Event empat tahunan yang menjadi agenda rutin Pemerintah Aceh itu berlangsung 4-12 November.

Berbeda dari PKA sebelumnya, karena PKA kali ini memperlihatkan wajah Aceh di masa lampau dan kebudayaan Aceh di era 4.0. Perjalanan kebudayaan Aceh akan terlihat seiring dengan pameran kebudayaan. Uniknya, PKA kali ini mengangkat tema ‘Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia’.

Tema itu tentu sejalan dengan program pemerintah pusat yang berkeinginan mengusulkan Jalur Rempah di Nusantara ini sebagai warisan budaya dunia ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco). Harapan semua tentu semoga Aceh menjadi salah satu bagian dari jalur rempah dunia.

Untuk memperlihatkan berbagai atraksi dan keanekaragaman budaya di bumi berjulukan Serambi Makkah itu, Pemerintah Aceh juga ikut mengundangan 10 negara sahabat, seperti India, Malaysia dan Jepang. Belasan ribu warga tumpah ruah ke lokasi PKA sejak dibukanya Stand dan Anjungan Pameran Kabupaten/Kota se-Aceh, Sabtu (4/11) pukul 17:00.

“Selama sembilan hari, ajang PKA akan dimeriahkan dengan pawai kebudayaan, lomba tari, pameran anjungan, permainan tradisional dan juga seminar nasional,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal.

Sejarah mencatat, jalur rempah dan maritim Aceh di pesisir utara – timur dilakukan pada masa kolonial Belanda. Sebagai upaya memperlancar perdagangan Lada di Idi (Aceh Timur), Belanda membangun berbagai infrastruktur seperti jalan, jembatan dan jalur kereta api.

Bahkan, Belanda juga membangun sebuah pabrik pengolahan Lada di Blang Siguci (Idi Tunong). Bekas pabrik tersebut hingga saat ini masih berdiri kokoh, namun kondisinya tidak terawat. “Pabrik pengolahan rempah jenis Lada masih ada di Aceh Timur. Ini bukti sejarah bahwa dulu daerah kita memiliki hasil alam yang melimpah yakni Lada,” Plt. Kabid Kebudayaan Disdikbud Aceh Timur, Suryadi, Minggu (5/11).

Di Abad ke-16, Aceh menjadi jalur perdagangan dunia. beberapa komoditi dari Tanah Rencong ini menjadi barang perdagangan dunia, seperti Lada, Pala, Lada Putih, Cengkeh, Manjakani, Ketumbar, Kemiri, Kayu Manis, Beras, Kopi, biji adas, the, kayu cendana, pinang, kemenyan, kapur barus, kayu gaharu, rotan, tewas, belerang, tembakau, kapulaga dan aneka rempah lainnya.

Selain Kota Banda Aceh dan Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur juga menjadi jalur rempah dunia. bahkan Pelabuhan Idi (kini PPN Idi—red) merupakan pelabuhan terbesar di pantai timur Aceh yang disinggahi kapal-kapal untuk mengangkut hasil alam ke luar negeri, seperti China.

Letaknya Aceh yang sangat strategis dan kerap disinggahi berbagai kapal dari berbagai penjuru dunia, sehingga Aceh tercatat dalam peta perdagangan global, sehingga negara di Eropa tertarik ke Aceh, seperti Portugis, Mesir, Yunani, Romawi, China, Arab dan Turki.

Jalur perdagangan rempah di Aceh membentuk sebuah lintasan peradaban yang mencakup berbagai jalur budaya dari timur Asia hingga barat Eropa, terhubung dengan Benua Amerika, Afrika dan Australia. Jalur tersebut mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dan nilai ekonomis di Aceh. Semoga Aceh mampu mengembalikan kejayaan rempah.

–H. Muhammad Ishak–

  • Bagikan