Keripik Dari Pelepah Pisang Cemilan Dari Medan Marelan

  • Bagikan

Medan (Waspada): SELAMA ini, para penikmat kuliner hanya akrab dengan keripik dari bahan dasar buah Pisang, Ubi atau keripik bercampur udang dan kacang tanah.


Di pesisir Medan Utara, tepatnya di Jl. Marelan Raya Gang Pusara Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, seorang ibu rumah tangga memproduksi keripik dari bahan pelepah pisang atau debog pisang.

Cemilan rumahan ini telah memberikan keuntungan tersendiri bagi produsen keripik dari bahan dasar debog pisang tersebut. Sedikitnya, Rp 5 juta per bulan mengalir ke pundi-pundi ibu rumah tangga bernama Rita Yuningsih ,40, ini.

Hanya dengan memanfaatkan limbah pohon pisang, Rita telah memasok keripik pelepah pisang ke sejumlah pasar tradisional di sejumlah kota di Sumatera Utara sekaligus membuka lapangan kerja baru di era pandemi Covid-19 ini.

Dijelaskan Rita, limbah pohon pisang atau debog pisang sebagai bahan dasar keripik ini dipotong kecil-kecil dengan cara manual untuk diambil daging pada debog pisang.

“Selanjutnya direndam air garam selama satu malam guna menetralisir getah pada debog pisang. Kemudian dicampur bumbu olahan dan digoreng kering,” tutur Rita kepada wartawan, Sabtu (26/3).


Setelah diolah menjadi makanan ringan, cemilan ini dibungkus dalam kemasan plastik seberat 90 gram dengan harga Rp10.000 dan menjadi makanan khas di pesisir utara Kota Medan ini.

Rita menjelaskan, keripik debog pisang yang diproduksinya layak dan aman dikonsumsi setelah melewati beberapa proses dan perharinya bisa diproduksi mencapai 3 kilogram dan tidak hanya menembus pasar tradisional di Sumatera Utara namun juga sudah merambah ke Provinsi Aceh, Riau dan Jambi.(m27)

Waspada/Andi Aria Tirtayasa

Rita Yuningsih dan seorang pekerjanya sedang memotong-motong pelepah pohon pisang yang akan diolah menjadi keripik debog pisang di rumahnya di Jl. Marelan Raya Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan.

  • Bagikan