Lhokseumawe Kota Utama Masa Depan Pendidikan Aceh

  • Bagikan
Rektor IAIN Lhokseumawe, Dr Danial, M.Ag, Senin (12/6) pagi, berpidato tentang proses kelahiran IAIN di hadapan ratusan undangan Milad ke-54 di gedung serba guna. Waspada/Maimun Asnawi
Rektor IAIN Lhokseumawe, Dr Danial, M.Ag, Senin (12/6) pagi, berpidato tentang proses kelahiran IAIN di hadapan ratusan undangan Milad ke-54 di gedung serba guna. Waspada/Maimun Asnawi

“Atas jasa seorang peneliti muda yang cukup serius dan jujur dalam dunia ilmiah dan akademik, Tengku Taqiyuddin Muhammad, maka Indonesia bahkan sejarah peradaban dunia dibangun dari tidur panjangnya tentang kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Islam pertama dan tertua di Asia Tenggara. Ketika itu, di kerajaan tersebut menggunakan Bahasa Arab sebagai pengantar ilmu pengetahuan. Ruh serta energi intelektual inilah yang harus kita alirkan dalam urat nadi proses pembelajaran dan pendidikan di IAIN Lhokseumawe.”

FAKTA sejarah tersebut diungkapkan oleh Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Dr Danial, M.Ag dalam pidatonya pada peringatan Milad ke-54 IAIN Lhokseumawe yang berdiri pada tanggal 12 Juni 1969. Fakta sejarah kemajuan Samudera Pasai kata Danial hanya segelintir orang yang mengetahui dan memahaminya.

Pasalnya, sangat minim literaturnya. Hal ini berbanding terbalik dengan sejarah Peradaban Kerajaan Aceh Darussalam. Ada ribuan literatur dalam beberapa bahasa dapat diperoleh dengan mudah di UIN Araniry Banda Aceh. Untuk itu, patut kita semua berterimakasih kepada Tengku Taqiyuddin Muhammad yang dengan gigih dan serius menggali sejarah Kerajaan Samudera Pasai di masa silam.

Usia 54 tahun, kata Danial, usia yang sudah matang secara emosionalnya dan matang secara spiritualnya. Secara institusional, Kampus IAIN Lhokseumawe harus bergerak dengan pelayanan birokrasi yang cepat, sistem administrasi yang tanggap dan pelayanan yang mantap. Kesigapan dan kemantapan adalah daya tahan untuk bergelut dengan realitas kehidupan yang sarat dengan tantangan dan penuh dengan godaan.

Dalam Milad ke-54 inilah, Danial mengajak semua pihak khususnya civitas akademika untuk merenung kembali tugas pokok dan tanggungjawab yang tidak hanya dibatasi oleh sekat-sekat administrasi atau peraturan perundang-undnagan karena filosof pernah berkata, bahwa aturan-aturan hanya dibutuhkan oleh masyarakat dan bangsa yang masih minim etika dan akhlak.

Sementara bangsa-bangsa yang sudah berperadaban dan berakhlak. Bangsa yang sudah mencapai level tingkat etis, mereka tidak membutuhkan satupun aturan-aturan yang bersifat yuriduis karena perilaku dan tindakannya diderabkan oleh nurani dan etis yang inhern dalam diri setiap orang. Sementara hukum atau aturanp-aturan itu mengontrol dan mengendalikan kita.

Perubahan yang hakiki dan sejati kata Danial, harus berasal dari dalam keluar dan tidak dari luar masuk ke dalam karena itulah perubahan yang permanen dan berkesinambungan. “Pada Milad ke-54 kita berada pada posisi yang secara institusional pada hari ini sudah berhasil meningkatkan nilai akreditasi menjadi baik sekali. IAIN Lhokseumawe juga telah memiliki 23 program studi dengan 4 fakultas dan 1 pasca sarjana dengan dosen dan karyawan lebih dari 400-an dan 6500-an mahasiswa. Ini merupakan rahmat dan nikmat yang harus kita ingat bahwa IAIN ini lahir seperti seorang ibu yang melahirkan,” ajak Danial merenung proses berdirinya IAIN Lhokseumawe.

Danial melanjutkan, kenapa derajat seorang ibu tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan seorang ayah di hadapan anaknya, jawabnya, karena hanya ibu yang memiliki rahim. Dan lanjutnya, kampus ini lahir dari rahim peradaban kosmopolitan yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Kampus ini lahir dari spirit dan energi yang dialirkan para leluhur terdahulu melalui karya-karya besar mereka di dunia pengetahuan, teknologi, kebudayaan, ekonomi, hukum dan seterusnya.

“Dalam kesempatan ini. Melalui Milad ke-54 IAIN Lhokseumawe kita diajak untuk mengingat kembali posisi yang kita miliki hari ini berdasarkan pelajaran yang diasuh pada masa silam. Dan pengetahuan serta pengalaman yang kita alami di masa kini kita racik, kita ramu untuk membangun masa depan yang penuh dengan tentangan yang akan kita songsong,” kata orang nomor satu di Kampus IAIN Lhokseumawe itu.

Spontan riuh tepuk tangan para harin menggema di gedung serba guna kampus tersebut. Lalu Danial melanjutkan, Iinilah diantara nilai-nilai dan ingatan yang harus kita arahkan pada setiap kita memperingati Milad di kampus tercinta ini. Dan sekarang, sebut Danial, bersama dengan perguruan tinggi keagamaan lainnya bermetamorfosis dari IAIN menjadi UIN.

“Insya Allah, saat menjadi UIN nantinya kampus ini kita berinama UIN Sultanah Nahrasiah. Sekarang ini berkas proposal sudah berada di meja Menpan-Rb. Dan tadi kita sempat membisikan kepada pihak kementerian supaya cita-cita dan impian ini bisa segera diwujudkan,” harapnya.

Nama Sultanah Nahrasiah kata Danial, tidak banyak yang tahu karena tidak satupun yang menulis tentang sejarah ini. Sedangkan tentang sejarah Aceh Darussalam semua orang bisa mendapatkan ribuan literatur dalam beberapa basha di UIN Ar Raniry Banda Aceh. Namun tentang sejarah Samudera Pasai hanya menyumbang tiga buku sejarah yang dikumpulkan beserak di beberapa tempat.

Inipun, sebut Danial, diperoleh atas jasa seorang peneliti muda yang cukup serius dan jujur dalam dunia ilmiah dan akademik yaitu Tengku Taqiyuddin. Atas usaha dan jerih payah peneliti muda itulah, Indonesia bahkan sejarah peradaban dunia dibangunkan dari tidur panjangnya tentang kebesaran Samudera Pasai.

“Akhirnya semua kita mengetahui bahwa Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama dan tertua di Asia Tenggara. Ketika itu, di kerajaan tersebut menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar ilmu pengetahuan dan bukan Bahasa Arab Jawo. Dan ruh serta energi intelektual inilah yang harus kita alirkan dalam urat nadi proses pembelajaran dan pendidikan di IAIN tercinta ini,” ungkat Danial.

“Harus kita alirkan dalam saraf-saraf peneliti di IAIN. Dialirkan dalam tubuh pendidikan yang kita rancang, kita perjuangkan dengan keringat dan segenap kemampuan yang kita miliki.”

Danial meneruskan pidato tanpa teks, kata dia, posisi hari ini semua kita harus merasa bersyukur dan rasa syukur itu kita tunjukkan kepada Allah Swt. Lhokseumawe nantinya akan menjadi kota utama pendidikan masa depan dan bahkan melampaui Kerajaan Aceh Darussalam yang ada di Banda Aceh.

Karena sekarang, katanya, bukan lagi era di mana pusat peradaban berada di pusat sejarah masa lalu tetapi pusat peradaban harus terpencar dan terbagi menghiasi seluruh wilayah dan daerah sehingga tidak didominasi dan diskriminasi. Dengan demikian masyarakat bisa mencicipi pendidikan tinggi keagamaan Islam dengan baik dan berkualitas.

“Izinkan saya mengucapkan terimakasih kepada para pendahulu mulai pimpinan akademi Ilmu Agama Islam dari 12 Juni 1969 sampai pimpinan terakhir yang semua mereka telah meninggal. Mari pada kesempatan ini saya mohon kepada seluruh hadirin untuk membaca Alfatihah,” pintanya.

Setelah jeda beberapa saat karena membaca Alfatihah, Danial melanjutkan, dalam kepemimpinan perguruan tinggi tidak ada satupun yang mampu menggantikan kepemimpinan sebelumnya karena setiap mereka sangat unik dan spesifik karena itu tidak ada yang mampu menggantikan mereka.

“Yang ada dalam kepemimpinan perguruan tinggi adalah pemimpin yang melanjutkan kepemimpinan sebelumnya. Karena jasa dan perjuangan merekalah kita berada pada satu posisi yang sudah dapat dikatakan posisi yang jauh lebih maju dan bagus,” terangnya.

Bagi dosen dan karyawan yang memiliki basa bakti 15 tahun tentu tidak bisa merenungi lebih dalam dibandingkan dengan dosen dan karyawan yang memiliki masak bakti lebih dari 15 tahun. Maka dari itu, kata Danial, IAIN Lhokseumawe lahir dari rahim seorang ibu yang menumpahkan tigas jenis cairan yaitu cairan ketuban, cairan keringat dan air mata dalam merawat dan membesarkan kampus ini.

Dengan sesugukan Danial berucap, IAIN ini lahir atas air ketuban jutaan Rakyat Aceh, dengan jutaan tetes keringat orang Aceh dan lahir dari jutaan air mata orang Aceh. Renungan ini bukan hanya mampu menggetarkan hati tetapi juga menggetarkan kreatifitas intelektual dan emosionalitas kita. Tiga cairan itu menyatu dan berbaur maka akan melahirkan cinta dan kasih sayang terutama bagi para pimpinan kampus ini.

“Kita bisa mencintai orang lain tetapi tak bisa memimpin orang lain tanpa mencintai mereka. Inilah sambutan singkat yang dapat kami sampaikan, semoga Allah Swt mengalirkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua untuk menata masa depan yang lebih cemerlang dari apa yang pernah kita lalui. Terimakasih kepada seluruh masyarakat Aceh atas doa-doanya dan terimakasih kepada Pemerintah daerah yang telah memberikan berbagai bantuan kepada kampus tercinta ini. Yakinlah, bahwa nanti Lhokseumawe akan menjadi kota utama masa depan pendidikan Aceh,” ucap DR Danial, M.Ag mengakhiri pidatonya pada peringatan Milad ke-54, Senin (12/6) di gedung serba guna. WASPADA.id/Maimun Asnawi, SH.I, M.Kom.I

  • Bagikan