Atasi Persoalan Limbah, 4 Perguruan Tinggi Vokasi Kerja Sama dengan Industri

  • Bagikan
Atasi Persoalan Limbah, 4 Perguruan Tinggi Vokasi Kerja Sama dengan Industri

JAKARTA (Waspada): Empat perguruan tinggi vokasi, yaitu Politeknik Negeri Batam, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan Politenik Negeri Manado menyepakati kerja sama bidang lingkungan dengan PT Enerflow Engineering Indonesia dan PT Siskindo Utama Dharma bersama Institut Teknologi PLN.

Saat ini, limbah yang dibuang langsung ke lingkungan menjadi sorotan tersendiri karena berdampak negatif apabila terdapat dalam jumlah dan konsentrasi tinggi. Keberadaan limbah yang tidak diolah ini dapat menimbulkan pencemaran tanah, air maupun udara, menyebabkan bau tidak sedap, dapat menjadi sumber penyakit bahkan sumber bencana.

Pendidikan vokasi yang terus merespons berbagai permasalahan yang dihadapi, baik oleh industri maupun masyarakat melakukan terobosan dengan menjalin kemitraan strategis bersama industri yang fokus di bidang lingkungan.

Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit. Mitras DUDI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung penuh kerja sama yang terbangun agar link & match antara DUDI dan satuan pendidikan vokasi (SPV) dapat semakin erat dan menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia kerja modern, serta tentu saja berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Indonesia.

“Saya berharap perjanjian berupa penyelarasan kurikulum berbasis industri, peningkatan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, penyediaan guru tamu dari DUDI di SPV, pengembangan dan pemanfaatan sarpras, sertifikasi kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, magang, penelitian terapan bersama, dan rekrutmen lulusan pendidikan vokasi ini menjadi berkah dan segera terlaksana sehingga bisa menjadi motivasi bagi industri lain untuk ikut berkontribusi,” ungkap Plt. Direktur Mitras DUDI, Uuf Brajawidagda di Gedung D Kemendikbudristek, Selasa (6/7/2024).

Direktur Enerflow Engineering Indonesia, Yunita Fahmi mengatakan, jumlah industri di Indonesia sangat banyak dan belum ada satu pun yang menyelesaikan permasalahan limbah secara serius. Yunita menjelaskan, kerjasama bersama politeknik adalah berupa pembuatan alat pengolah limbah.

“Saya berharap, produk-produk IPAL PT Enerflow Engineering Indonesia dan Siskindo Utama Dharma, baik IPAL Industri maupun IPAL Domestik dan juga alat pengolahan limbah secara Thermal ‘Enerflow-Cyclo Burn Grate’, dapat menjadi solusi untuk industri pembangkit yang ada di pulau-pulau kecil. Tidak hanya itu, melalui kolaborasi ini juga turut menciptakan wadah wiraswasta bagi lulusan SMK sebagai perusahaan jasa yang menyiapkan tenaga-tenaga ahli dalam mengoperasikan peralatan lingkungan dan juga perawatan peralatan tersebut, sehingga Industri dapat fokus pada bidang yang ditekuni,” jelas Yunita.

Lebih lanjut Yunita menambahkan, dengan itikad ingin memperbanyak teknisi-teknisi Governor (alat kontrol di diesel engineering) yang handal, pihaknya pun menjadikan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) menjadi titik pertama peletakan peralatan workshop.

“Saya memutuskan untuk memindahkan semua peralatan workshop kami di area PPNS dengan harapan workshop kami akan dapat mendidik siswa politeknik atau SMK dalam hal merepair Governor, sehingga dapat tercipta teknisi-teknisi yang handal yang siap membantu kebutuhan Industri yang ada. Peralatan-peralatan canggih yang dimiliki PPNS diharapkan dapat memproduksi suku cadang yang dibutuhkan, sehingga membantu industri dalam menyelesaikan semua permasalahan yang ada tanpa campur tangan negara luar,” tutur Yunita.

Menanggapi hal ini, PPNS menyambut baik Perjanjian Kerja Sama. Direktur PPNS, Rachmad Tri Soelistijono menilai praktek pengolahan bahan habis pakai agar dapat dimanfaatkan kembali akan membantu mahasiswa meningkatkan pengetahuannya dalam proses pengolahan limbah.

“Kerja sama fokus utamanya di teaching factory untuk penggunaan bahan habis agar tidak terbuang, tapi dapat dimanfaatkan kembali. Sehingga mahasiswa akan mengalami kontinuitas keilmuannya,”tutup Rachmad. (J02)

  • Bagikan