Ratusan Benda Seni Bersejarah Kembali ke Indonesia

  • Bagikan
Ratusan Benda Seni Bersejarah Kembali ke Indonesia

JAKARTA (Waspada): Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Hilmar Farid mewakili pemerintah Indonesia menerima penyerahan koleksi benda-benda bersejarah dari pihak Belanda yang diwakili oleh Gunay Uslu, Menteri Muda Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda, pada Senin (10/7/2023) di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.

Hilmar mengatakan, setelah melalui serangkaian penelitian yang komprehensif dari para ahli, empat koleksi artefak, yakni 132 koleksi benda seni Bali Pita Maha, Patung Singasari, pusaka kerajaan Lombok dan keris Puputan Klungkung akan dikembalikan ke Indonesia. Sebanyak 132 Koleksi benda seni Bali, antara lain karya lukisan, ukiran kayu, benda-benda perak dan tekstil para maestro seniman yang tergabung di dalam kelompok seni Pita Maha, sebuah paguyuban seniman Bali yang didirikan pada 29 Januari 1936 oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad, Walter Spies dan Rudolf Bonet.

Sedangkan, empat patung Singasari yang tersimpan di Museum Volkenkunde, Leiden adalah primadona dari abad ke-13 masehi. Keempat patung tersebut berasal dari candi Singasari yang didirikan untuk menghormati kematian Raja Kertanegara, dinasti terakhir dari kerajaan Singasari. Empat arca yang akan kembali ke Indonesia adalah Durga, Mahakala, Nandishvara dan Ganesha.

Ratusan benda yang berasal dari kerajaan Lombok juga turut dikembalikan dalam repatriasi kali ini, bersama dengan sebilah keris dari Kerajaan Klungkung, Bali. Objek dari Puri Cakranegara, Lombok itu sebelumnya tersimpan di Tropenmuseum. Sementara keris puputan Klungkung sejak lama menjadi koleksi museum Volkenkunde, Leiden.

Dalam acara yang sama dilakukan juga penandatanganan dokumen Pengaturan Teknis (Technical Arrangement) dan Pengakuan Pengalihan Hak dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia.

Pemerintah Indonesia menyambut baik penyerahan koleksi benda-benda bersejarah Indonesia dari pihak Belanda dan akan merawat koleksi-koleksi tersebut dengan hati-hati.

“Indonesia, dalam hal ini Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek akan melakukan konservasi dan pemanfaatan terbaik untuk benda-benda budaya ini,” jelas Hilmar Farid.

Hilmar menyatakan, repatriasi koleksi asal Indonesia di Belanda dapat dilakukan berkat kerjasama dan kerja keras kedua komite repatriasi, serta dukungan kedua pemerintah, yakni Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI yang telah menginisiasi pembentukan Tim Repatriasi Indonesia, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda.

Menurut Hilmar, Ketua Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, dan Komite repatriasi benda kolonial Belanda yang dipimpin oleh Lian Gongalvez-Ho Kang You, sejak 2 tahun lalu terus menjalin komunikasi positif dan produktif, guna melanjutkan kerjasama dan mendorong ikhtiar pengembalian benda-benda bersejarah dan Belanda ke Indonesia.

Hilmar mengungkapkan, repatriasi benda bersejarah ini bukan sekadar memindahkan barang dari Belanda ke Indonesia, melainkan pula mengungkap pengetahuan sejarah, dan asal-usul benda-benda seni bersejarah yang selama ini belum diketahui masyarakat.

“Jauh sebelum benda-benda tersebut kembali ke Indonesia, kedua komite repatriasi dari Indonesia dan Belanda bekerjasama melakukan serangkaian pertemuan dan diskusi, untuk membahas makna dari benda-benda tersebut bagi kedua bangsa, baik di masa lalu maupun di masa kini,” ujarnya.

Hilmar menilai, kerjasama kedua negara dalam bidang repatriasi ini berkembang ke arah yang positif, dengan mengembangkan program-program kerjasama museum, dan penelitian yang melibatkan para ahli dari kedua negara, dan pengembangan program beasiswa bagi para sarjana yang melakukan penelitian di dalam bidang repatriasi benda kolonial.

“Proyek repatriasi benda bersejarah ini adalah momentum penting, untuk menumbuhkan saling pemahaman dan kesetaraan di antara kedua bangsa,” pungkasnya.

Sejarah kedatangan koleksi seni ini ke Belanda sebagian masih belum jelas. Berawal dari Perdana Menteri Indonesia Timur, Ide Agung Anak Gde Agung, yang disebut-sebut telah menyelenggarakan pameran karya seni itu di beberapa kota di Belanda dan Eropa antara tahun 1948 dan 1950. Namun sebuah artikel di De Vrije Katheder, 23 Desember 1946 telah membahas sebuah pameran karya-karya Pita Maha, ‘sebuah koleksi penting’, di galeri seni van Lier di Castricum. Pada tahun 1955, koleksi tersebut disimpan di Tropenmuseum di Amsterdam.

Acara penyerahan dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia Hilmar Farid, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda Mayerfas, Ketua Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, Sekretaris Tim Repatriasi Bonnie Triyana, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Kementerian Luar Negeri Belanda serta sejumlah wartawan internasional dan para ahli sejarawan dan museum di Belanda.(J02)

  • Bagikan