Urat Nadi Energi Penggerak Ekonomi Nasional

  • Bagikan

MEDAN (Waspada): Berbicara mengenai energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang merupakan produk Pertamina, masyarakat sangat familiar dengan mobil tangki yang menjadi angkutan di darat dan ujung tombak dalam penyaluran energi ke SPBU hingga ke masyarakat. Namun, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui angkutan yang mengantarkan energi hingga ke seluruh penjuru negeri.

Dialah PT Pertamina International Shipping (PIS) yang dijuluki sebagai urat nadi virtual energi Indonesia yang masih jarang dikenal di masyarakat. Pertamina International Shipping atau PIS menjadi urat nadi energi di Indonesia yang mendistribusikan BBM menggunakan kapal tangker dari satu pulau ke pulau lain untuk menggerakkan sendi-sendi kehidupan dan perekonomian masyarakat di belahan bumi Nusantara yang memiliki ribuan pulau ini.

Keberadaan PIS menjadi sangat penting dalam pendistribusian energi ke penjuru negeri ini, meskipun harus menghadapi risiko dan ancaman badai dan gelombang di tengah lautan. Apalagi rute penyaluran energi di Indonesia dikenal sebagai rute tersulit di dunia. Namun, semuanya harus dihadapi demi menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan rakyat.

Tidak jarang tantangan menghadang bagi awak kapal saat menjemput maupun mengantarkan BBM di tengah lautan, seperti Badai Tropis yang mengakibatkan angin kencang dan gelombang laut tinggi.

Seperti dikatakan Manager Operasional Pertamina Trans Kontinental (PTK) Sumbagut, Capt Fadhly HR, pada saat Visit Media yang dilaksanakan PT Pertamina International Shipping (PIS) di Fuel Terminal Medan Group, pada 17 Oktober 2023 lalu. Menurutnya, menjadi seorang pelaut atau awak kapal tanker memiliki suka duka dan banyak tantangannya.

“Saya menjadi pelaut selama 17 tahun, berlayar di tengah laut paling lama sebulan, paling cepat dua minggu. Terkadang kita dikontrak untuk berlayar selama setahun baru bisa pulang. Nah saat kita pulang anak kita bisa bingung, ini siapa ya, tidur saja kita bisa diusir. Terkadang pulang anak sudah tak kenal kita lagi, itu sudah biasa, suka duka bagi seorang pelaut,” kenang Capt Fadhly HR.

Fadhly mengatakan, tantangan terberat saat mengantarkan BBM maupun LPG, lanjut Fadhly HR adalah terletak pada cuaca yang terkadang bisa lebih ekstrim seperti di Papua dan di sisi Barat Sumatera karena berhadapan dengan laut lepas Samudera Hindia.

“Kalau cuaca kita selalu memonitornya dari BMKG, baik itu untuk tinggi gelombang maupun kecepatan angin di laut. Inilah yang menjadi parameter kita saat kapal mau sandar dan lepas,” papar Fadhly.

Berbagai tantangan dan hambatan dalam mendistribusikan energi ke penjuru negeri ini menjadi salah satu kondisi yang menempatkan keberadaan PIS sebagai urat nadinya energi di Indonesia dalam menggerakkan perekonomian nasional.

Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, kalau masyarakat bisa membeli harga BBM langsung di SPBU, maka masyarakat harus berterima kasih kepada PT. Pertamina International Shipping, yang telah mendistribusikan minyak melalui lautan untuk memenuhi kebutuhan BBM di tanah air.

“Banyak dari kita yang hanya mengetahui bahwa untuk membeli BBM kita bisa datang ke SPBU, atau membeli gas kita dapat mendatangi pangakalan. Tanpa mengetahui secara spesifik bagaimana bahan bakar yang kita butuhkan itu didistribusikan. Kita hanya mengetahui bahwa harga energi harus terjangkau (murah), tanpa melihat beban biaya jasa trasportasi atau resiko yang dihadapi saat BBM tersebut didistrbusikan,” ujar Gunawan.

Dosen Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini mengatakan, sudah saatnya masyarakat mengetahui fungsi dari perusahaan yang telah bejasa mendistribusikan BBM agar diterima dengan baik di tanah air. Perusahaan tersebut bernama PT. Pertamina International Shipping yang menjadi urat nadinya energi di Indonesia.

Operator Kapal Tangker Terbesar Asia Tenggara

Corporate Secretary Pertamina International Shipping, Muh. Aryomekka Firdaus saat Visit Media di Fuel Terminal Medan Group, Belawan pada 17 Oktober 2023 lalu mengatakan, PT Pertamina International Shipping (PIS) merupakan Subholding Integrated Marine Logistics di bawah PT Pertamina, Pertamina Pedeve Indonesia dan NYK Group.

PT Pertamina International Shipping (PIS) sendiri resmi bertransformasi sebagai Subholding Integrated Marine Logistics, berdasarkan Surat Menteri BUMN Republik Indonesia No: S-616/MBU/08/2021, terkait Persetujuan Restrukturisasi Subholding Shipping menjadi Subholding Integrated Marine Logistics.

Aryo sapaan akrab Muh. Aryomekka Firdaus menyebutkan, sebagai Subholding Integrated Marine Logistics, PT PIS mengelola 6 terminal strategis, berdasarkan Akta Pengalihan Saham PT Pertamina (Persero) kepada PT PIS, yaitu Integrated Terminal Tanjung Uban, Terminal BBM Pulau Sambu, Terminal LPG Tanjung Sekong, Terminal BBM Kotabaru, Terminal BBM Baubau, dan Terminal LPG Tuban.

Pihaknya berharap dari proses transformasi ini akan membuat PIS bisa melayani lebih baik, dan memperkuat PIS menuju world class company, serta menjadi urat nadi pendistribusian energi negeri.

“Sebenarnya fungsi PIS itu ada sejak Pertamina berdiri, untuk menjalankan sisi operasi yang dijalankan oleh Pertamina Gruop mengirimkan BBM dari titik satu ke titik dua dan ada juga eksport dan import. Kita hanya mengikuti perintah dari fungsi bisnis dan mengantarkan BBM ke tempat tujuan. Namun, sejak 2016 menjadi satu perusahaan, sehingga bisa berbisnis di luar Pertamina,” ungkapnya.

Tidak tanggung-tanggung, PIS terus mengembangkan sayap bisnisnya, dengan mendirikan PIS Asia-Pasifik yang kantornya ada di Singapura pada 2018. Selanjutnya, pada 2021 memiliki dua kapal yang terbesar di dunia yang beranama Prime dan Pride.

Untuk terus mengembangkan bisnis di mancanegara, pada 2022, PIS menjalin kemitraan strategis dengan NYK dan membentuk PIS Timur Tengah. Dan pada 2023 melakukan restrukturisasi besar-besaran dengan meluncurkan kapal bermesin ganda pertama yakni AMARYLLIS.

Saat ini, PIS memiliki layanan sebagai jasa pengangkutan kargo ekspor/impor (dari pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan di Indonesia atau dari dan antar pelabuhan di luar negeri). Kemudian, jasa yang berkaitan dengan penyewaan alat-alat yang berhubungan dengan pelayaran, mencakup data processing, equipment part list, serta kegiatan usaha terkait ship management (jasa pengelolaan kapal).

Hingga saat ini, selain melayani kebutuhan domestik, PIS juga telah menjangkau rute internasional di 26 negara antara lain Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Hongkong, China, Bangladesh, India, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, Algeria, Nigeria, Afrika Selatan, Denmark, Portugal, Amerika Serikat, Korea, Jepang, Spanyol, Yunani, Puerto Rico, Republik Dominika, Tanzania dan Polandia.

“Selama tahun lalu, PIS mencatat telah mengangkut 157 miliar liter kargo berupa BBM, minyak mentah, bahkan LPG. Kapal-kapal PIS juga tidak hanya berlayar di Indonesia tetapi juga sudah berlayar di 26 rute internasional, hampir seluruh dunia sudah kita jelajahi,” ujarnya.

Saat ini, PIS memiliki 97 kapal milik dan akan terus bertambah serta memiliki 268 kapal charter. PIS juga telah membuka kantor cabang di Singapura dan Dubai sebagai bukti komitmen ekspansi pasar global.

“PIS merupakan operator terbesar kapal tangker di Asia Tenggara dan PIS juga terus mencoba untuk menjadi player berkelas internasional dan terus melakukan eksvansi ke luar Indonesia,” pungkasnya Muh. Aryomekka Firdaus. (Sugiarto)

  • Bagikan