Mahalnya Jalan Pengerasan Di Pedalaman Leuser Agara

  • Bagikan
Mahalnya Jalan Pengerasan Di Pedalaman Leuser Agara
Licin dan berlapiskan tanah licin serta sempit, merupakan pemandangan umum ruas jalan di Kecamatan Leuser.(Waspada/Ali Amran)

Bagi sebagian besar warga Aceh Tenggara, jalan beraspal merupakan hal yang biasa, bahkan sudah menjadi kebutuhan yang lumrah dan mudah ditemukan. Bukan hanya pada ruas jalan kabupaten saja, melainkan jalan penghubung antar desa pun, kini banyak yang berlapiskan aspal hotmix.

Namun, tidak bagi warga Kecamatan Leuser yang terletak di bagian paling selatan wilayah Aceh Tenggara. Jangankan jalan berlapiskan aspal, jalan pengerasan berlapiskan kerikil saja terasa sangat mahal, jika tak mau dikatakan seperti mencari emas di pinggir aliran Sungai Alas.

Jauh sebelum statusnya menjadi kute (desa) defenitif, pemukiman kecil warga di Bunbun Alas dan Bunbun Indah ini telah ada, tepatnya paska wilayah Kecamatan Leuser dibuka dan dikelola pihak PT. Wajar Corpora sampai wilayah Kecamatan Leuser yang berada di atas pebukitan itu dijadikan Area Penggunaan Lain (APL) oleh Pemerintah Pusat.

Letak yang stretagis, berdekatan dengan Kabupaten Karo dan Dairi, ditambah kondisi tanah yang terbilang subur, membuat Bunbun Alas dan Bunbun Indah yang sebelumnya satu kute dan di bawah pimpinan satu pengulu kute menjadi semakin vital.

Apalagi, Bunbun Indah dan Bunbun Alas letak geografisnya, tepat berada di tengah-tengah wilayah segi tiga emas yang menghubungkan Aceh Tenggara- Karo dan Dairi. Praktis daerah penghasil jagung, kakao dan sawit menjadi sangat strategis.

Kute Bunbun Alas dan Bunbun Indah ini, kata Edian Desky, Pengulu Kute Bunbun Alas, merupakan wilayah yang terbilang subur, selain penghasil tanaman pertanian, juga merupakan daerah perkebunan, bahkan 220 jiwa atau 110 KK warga Bunbun Alas menggantungkan hidup dari sekror pertanian dan perkebunan.

Karena itu, tak mengherankan, bila warga Bunbun Alas dan desa tetangga Bunbun Indah, sering bepergian keluar desa (kute) membawa hasil bumi seperti kakao, kemiri, jagung dan sawit.

Namun mirisnya, kata Edian diamini Hermanto, Pengulu Kute Bunbun Indah, petani seringkali mengeluh karena buruknya kondisi jalan Bunbun Indah menuju Serakut, Paya Babi sampai ke Simpang 4 Permata.

Mobil barang pengangkut jagung, kemiri maupun kakao, seringkali terjebak di tengah jalan licin dan berlumpur. Bahkan tak jarang mobil jenis Colt Diesel, harus bermalam di tengah jalan karena tak bisa lagi bergerak dan terjebak di jalan berlumpur. “Mobil barang itu baru bisa bergerak apabila besok hari cuaca cerah dan bila badan jalan kering diterpa sinar matahari,” papar Edian Desky.

Sebenarnya, kata Hermanto, Pengulu Kute Bunbun Indah, jarak Bunbun Alas dan Bunbun Indah ke Simpang 4 Permata Musara, sebuah kute yang berada di jalur jalan Provinsi Muara Situlen – Gelombang yang telah mendapat jalan pengerasan, hanya 12 km saja.

Namun, jika wilayah Kecamatan Leuser itu sedikit saja diguyur hujan, dipastikan akan membuat waktu tempuh bertambah lama. Bisa- bisa mencapai 3 jam, karena badan jalan menjadi licin dan berlumpur, terutama di daerah Paya Babi menuju Lawe Serakut dan menuju Bunbun Indah. Meskipun dengan mengendarai mobil gardan dua.

Rusak beratnya jalan Bunbun Alas -Bunbun Indah dan jalan Lawe Serakut -Paya Babi menuju Simpang 4 Permata Musara itu, memang telah menjadi keluhan panjang petani dan warga.

Masalahnya, jalan itu merupakan akses terdekat dan paling nyaman bagi warga Bunbun Alas dan Bunbun Indah serta bagi warga Kute Lawe Serakut, bila ingin keluar dari Kecamatan Leuser menuju ibukota kecamatan dan jika ingin bepergian menuju Kutacane, ibukota Aceh Tenggara.

Warga Minta Robin (Perahu Bermotor).

Berharap menemukan jalan mudah keluar dari Bunbun Alas dan Bunbun Indah lewat Liang Pangi menuju Mardinding Kabupaten Karo, tampaknya semakin jauh panggang dari api. “Jalan Bunbun Alas, Bunbun Indah – Liang Pangi sepanjang 9 km itu, tak bisa lagi dilewati kendaraan roda 4 akibat kurang perawatan, jalan kabupaten itu telah berubah menjadi jalan setapak,” papar Akbar warga Leuser lainnya.

Itulah sepenggal dari sekian banyak kesulitan warga Aceh Tenggara yang berada di daerah pedalaman Leuser. Terkurung di tengah belantara Leuser dan di atas kawasan pegunungan, akibat buruknya sarana jalan yang telah lama menjadi keluhan panjang ribuan warga di daerah segi tiga yang memisahkan Aceh Tenggara dengan Karo dan Kabupaten Dairi.

Di Kute Bunbun Alas, Bunbun Indah dan di Lawe Serakut, tak ada petugas dan sarana pelayan kesehatan, tutur Edian Desky, jika ada warga yang sakit dan mendadak perlu dibawa ke Puskesmas atau ke rumah sakit, seringkali harus dibawa dengan Perahu bermotor atau Robin, lewat Sungai Alas.

Sebab, jalur lewat Sungai Alas, waktu tempuh perjalanan lebih cepat dan langsung mendarat di pelabuhan kecil di Kute Muara Situlen, Kecamatan Babul Makmur. Dari pelabuan kecil itu, perjalanan darat terbilang mudah, karena semua jalan berlapiskan aspal.

“Selain perbaikan jalan Kabupaten Bunbun Alas – Simpang 4 Permata, kami warga Bunbun Alas, Bunbun Indah dan Lawe Serakut, sangat membutuhkan Robin atau Perahu motor. Semoga Pemkab Aceh Tenggara mau membantu Robin bagi warga 3 desa di Kecamatan Leuser ini,” ujar Edian diamini Hermanto Pengulu Kute Bunbun Indah.

Dari 26 lebih ruas jalan yang ada di kecamatan Leuser, kata Kabid Jalan dan Jembatan Dinas PUPR Aceh Tenggara, M.Yusuf Desky ST.MT, tak sampai 2 Kilometer yang masih berlapiskan aspal, yakni ruas jalan Simpang Lawe Tawar- Lawe Tawar. Selebihnya masih berlapiskan kerikil dan tanah.

Untuk tahun 2023 ini, memang ada pemeliharaan jalan di Kecamatan Leuser, namun hanya untuk pengerasan pada beberapa ruas jalan saja. “Sedangkan untuk pengaspalan jalan tidak ada karena dananya tak mencukupi,” kata Yusuf Desky.

Kadis Pariwisata Pemuda dan Olah Raga, Bakti Saputra S.Pd.M.Pd, mengatakan, saat ini ada satu unit perahu bermotor milik Pemkab Agara yang ditempatkan di Sungai Alas Muara Situlen. “Perahu bemotor itu masih di Dinas Parpora, namun sampai saat ini tak ada permintaan warga Leuser terhadap perahu bermotor tersebut,” terang Bakri Saputra.

Ali Amran

  • Bagikan