Pemulung Terenyuh Tangan Keriputnya ‘Dijujung’ Perwira Melati Dua

  • Bagikan
Pemulung Terenyuh Tangan Keriputnya 'Dijujung' Perwira Melati Dua

Siang itu, di pertigaan Jalan Arteri Kota Tanjungbalai, di bawah teriknya sinaran sang surya, pria tua tergopoh mendorong sepeda ‘jandanya’, Selasa (25/10). Meski telah renta dimakan usia, namun masih semangat demi sesuap nasi.

Wajahnya tak semuda dulu, sudah delapan puluh tahun merasakan pahit manis kehidupan, istirahat di rumah sambil ‘momong’ cucu sepantasnya untuk pria di usia senja seperti ini. Mungkin keadaan memaksa Ia harus tetap turun ke jalanan meski daya tahan tubuh tak se prima kala umur tujuh belas tahun.

Atau bisa saja banyak perut yang harus diisi, menanti dengan setia kehadiran sang pejuang rejeki di rumah. Sahat, nama pemulung itu. Dia tinggal di Jalan Anwar Idris Kec Datuk Bandar Kota Tanjungbalai, usianya kini 80 tahun.

Sepeda inilah satu-satunya modal Sahat untuk mengais rejeki, agar bisa melangkah lebih jauh menapaki jalanan yang tak bertepi. Deru mesin, asap kendaraan, debu jalanan menjadi makanan sehari-hari, demi rupiah yang walau hanya cukup untuk sekali.

Di tengah kesibukan mengais sampah, sesosok pria menghampiri sang lelaki renta sembari menyapa lembut. Sempat kaget dan heran karena yang ada di hadapannya berdiri seorang pria berseragam lengkap dengan tulisan Polri di dada.

Pemulung Terenyuh Tangan Keriputnya 'Dijujung' Perwira Melati Dua
Kapolres menyapa sang pemulung di jalanan. WASPADA.id/ Rasudin Sihotang

Nyaris tak bisa ‘becakap’, Sahat terperanjat saat mengetahui di hadapannya itu Kapolres Tanjungbalai, AKBP Ahmad Yusuf Afandi SIK MM. Sahat memutar balik pikiran, mengingat kembali kesalahan besar apa yang telah diperbuatnya.

Namun sejurus kemudian, kapolres dan pemulung tampak akrab bercengkrama tanpa ada sekat. Pemulung kini tahu kedatangan kapolres bukan untuk menangkapnya, melainkan untuk membantu.

Kapolres merasa terpanggil untuk berbagi kasih menyisihkan sebagian rezeki yang dimiliki dengan membelikan kebutuhan bahan pokok rumah tangga seperti beras, gula, susu, mie instan, teh, roti, dan lain lain.

Perwira menengah ini kemudian mengajak Sahat ke salah satu swalayan yang tak jauh dari tempat mereka bertemu. Kapolres humanis dengan lobe di kepala ini tak segan memegang pundak Sahat, menggandengnya berjalan masuk ke mini market.

Sahat kebingungan begitu berada di dalam, namun kapolres dengan sigap mengambilkan keranjang lalu memberikannya kepada pak tua. Kapolres murah senyum ini mendampingi Sahat berkeliling swalayan sembari berbelanja.

Ada mie instan, kue, kerupuk, sabun mandi, minuman botol, air mineral, dan banyak lagi Pak Sahat masukkan ke keranjangnya. Tentu saja orang nomor satu di kepolisian Tanjungbalai inilah yang membayar semua barang belanjaan di meja kasir.

Tanpa sadar, empat plastik kantongan besar sudah ada di tangan Pak Sahat. Sepeda dengan ‘along-along’ yang awalnya kosong melompong, kini dipenuhi belanja bahan pokok gratisan dari sang ‘malaikat’ penolong.

Sahat begitu terharu, dengan mata berkaca pria ini lirih mengucapkan terimakasih kepada bapak berseragam coklat.

“Terimakasih bapak kapolres, di usia saya delapan puluh tahun, baru kali ini saya masuk swalayan, saya mendoakan agar bapak selalu diberikan kesehatan dan kelapangan rezeki,” ucap Sahat dengan nada terbata.

Pemulung Terenyuh Tangan Keriputnya 'Dijujung' Perwira Melati Dua
Kapolres menemani sang pemulung berbelanja. WASPADA.id/ Rasudin Sihotang

Kapolres tersenyum sumringah, puas telah membantu sesama anak bangsa yang sedang kesulitan. Dia juga berdoa agar sang pemulung dan keluarga senantiasa diberikan kesehatan dan keselamatan.

Kapolres lalu melepas kepergian Pak Sahat dengan menundukkan kepala sembari menyalaminya, meletakkan tangan tua renta ini di dahi untuk menghormati dan memuliakannya.

” Alhamdulillah, kami diberikan kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk berbagi kasih, semoga apa yang diberikan hari ini dapat membantu kebutuhan rumah tangga Bapak Sahat,” ungkap kapolres yang hobi ‘sarungan’ ini.

Sungguh tak banyak yang bisa melakukan perbuatan mulia seperti ini. Biasanya, para pejabat nongkrong di cafe menghabiskan ratusan ribu bahkan jutaan rupiah sekali duduk, tanpa perhitungan. Sebaliknya, membantu sesama yang sedang kesusahan, rasanya begitu berat.

Mudah-mudahan kita semua bisa mengikuti jejak Sang Perwira Melati Dua untuk terus menebar benih benih kebaikan dan kebajikan tanpa memandang suku, agama, ras, usia, maupun kelompok. Semoga.

WASPADA.id/ Rasudin Sihotang

Fota Utama: Kapolres menyalam sang pemulung dengan memuliakan orang yang lebih tua. WASPADA.id/ Rasudin Sihotang

  • Bagikan