Menelusuri Cagar Budaya Muarajambi, Asiknya Minum Kopi di Atas Perahu

  • Bagikan
Menelusuri Cagar Budaya Muarajambi, Asiknya Minum Kopi di Atas Perahu

JAMBI (Waspada): Menelusuri Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi menjadi pengalaman tak terlupakan. Kawasan seluas 3.981 hektare area itu berada di sepanjang Sungai Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

KCBN Muarajambi yang telah ada sejak abad 7 masehi punya 115 komplek candi agama Buddha dan sebagian Hindu. Dari jumlah itu, ada 12 yang telah dan tengah direvitalisasi. Proses revitalisasi terbaru dimulai sejak 2022 dan berlangsung sampai akhir 2024 ini.

Menuju KCBN Muarajambi, pengunjung bisa juga menggunakan sepeda biasa dan sepeda listrik, jika tidak sanggup berjalan kaki. Ada dua pintu masuk menuju kawasan candi, tapi yang mudah diakses adalah pintu masuk menuju komplek Candi Gumpung, Tinggi dan Kembar Batu.

Perjalanan dari satu komplek candi ke komplek candi lainnya luar biasa berkesan. Lewat utama yang cukup terawat, pengunjung bisa menikmati hijaunya hutan KCBN Muarajambi yang memang dijaga apik oleh tim Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah V Jambi sebagai Unit Pelaksana Tugas (UPT) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Di sela perjalanan, ada sejumlah warga sekitar yang menawarkan duku. Sebagian lagi ada yang menjual buah rambutan dan durian.

“Mari bu, coba buah duku asli Jambi,” kata ibu penjaja sambil menyodorkan seplastik buah duku seharga Rp10 ribu.

Perjalanan yang menantang adalah menuju Candi Astano. Tidak lagi ada jalan utama, melainkan jalan setapak yang saat musim hujan sebagiannya digenangi air. Beberapa pengunjung yang berjalan kaki terpaksa melepas sepatu. Yang berkendara sepeda listrik atau motorpun harus berhati-hati, bahkan sampai menuntun kendaraannya.

Tapi perjalanan yang cukup sulit itu terbayar dengan pemandangan ramainya pasar terapung di kanal Candi Astano. Memang Candi Astano adalah salah satu candi utama yang punya kanal cukup luas. Kini, masyarakat memanfaatkannya untuk menghibur pengunjung dengan menyewakan puluhan perahu dayung kecil.

Tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Pengunjung cukup mengeluarkan Rp20 ribu untuk berperahu ria berdua dengan kawan atau pasangannya selama lebih dari 30 menit. Istimewanya, berperahu sambil menyeruput kopi yang dijajakkan para perempuan pedagang.

Selain berjualan kopi seduh, para perempuan pedagang yang mahir berperahu itu juga berjualan aneka cinderamata dan kuliner khas setempat.

“Kalau takut berperahu, bisa juga belanja cinderamata di pasar di daratan yang adanya tidak jauh dari kawasan Candi Tinggi,” ujar salah satu ibu yang berjualan kopi seduh di pasar apung.

Kepala BPK V Jambi, Agus Widiatmoko mengatakan, pemanfaatan sumber daya alam KCBN Muarajambi memang melibatkan masyarakat lokal. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya menghidupkan ekonomi kerakyatan berbasis situs budaya.

“Jadi menghidupkan kembali kawasan cagar budaya sama dengan menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat sekitar. Dari situ, kehidupan bersosial pun terus langgeng sambil terus melestarikan warisan budaya,” imbuh Agus.

Agus mengajak masyarakat luas dari berbagai wilayah di Indonesia untuk sama-sama bertandang ke KCBN Muarajambi. Banyak manfaat yang diraih dengan berkunjung langsung. Selain melihat keindahan gugusan candi, asrinya hutan Jambi, manisnya buah-buahan dan serunya petualangan berperahu, keramahtamahan penduduk juga dapat dirasakan

“Berkunjung ke KCBN Muarajambi seperti mengisi kembali ruang bathin kita,” tandas Agus. (J02)

  • Bagikan