Enyahkan Narkoba Dari Madina

  • Bagikan
Ilustrasi
Ilustrasi

MENURUT Anda, narkotika dan obat-obat berbahaya (Narkoba) di Mandailing Natal, sebaiknya dibasmi atau dienyahkan? Tentu saja, ini pertanyaan sangat sederhana, tapi jawabannya justru sangat serius.

Jika ditelaah, definisi/arti kata ‘enyah’ di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah v pergi; lari: karena merasa tak senang, ia hendak — dari kota ini;meng·e·ny. Sedangkan arti basmi di KBBI adalah: membakar sampai habis. 

Paling tidak, dalam tiga hari terakhir, perbincangan di grup WA Forum Anak Madina benar-benar terlibat perdebatan ‘panas’ sesama anggota grup, berpangkal dari keprihatinan melihat penyalahgunaan Narkoba — khususnya di Mandailing Natal — sudah pada tingkat sangat mencemaskan.

Grup WA FAM dikenal fenomenal di Madina, beranggotakan 468 orang beragam profesi, berdomisili di Madina dan di luar Mandailing Natal, terdiri dari birokrat, wakil rakyat, politisi, praktisi, pengusaha, aktivis dan jurnalis.

“Ayo, kita suarakan bersama pemberantasan Narkoba yang sudah mengancam masa depan keluaga, anak kita dan generasi Madina,” ujar Muhammad Irwansyah Lubis, SH, anggota grup WA FAM, politisi, Ketua DPC PPP Madina.

“Semoga Allah meridhoi niat kita untuk bersama bersuara, selamatkan anak kami dari ancaman Narkoba,” doa Tan Gozali Nasution, Presiden Ikatan Pemuda Mandailing.

Sedangkan anggota grup WA FAM lainnya, Moya Hasibuan, mengungkapkan, perlu didesak agar pemerintah daerah — dalam hal ini bupati — lebih fokus mencermati perdaran Narkoba di Madina sudah di ambang batas gawat darurat.

“Insya Allah, bupati mampu menggerakkan seluruh perangkat kekuasaannya untuk memberantas Narkoba secepat kilat. Insya Allah,” ujarnya.

Moya Hasibuan mengatakan, bupati ‘ayah’ seluruh masyarakat Madina, tanggungjawab orangtua mendidik anak-anaknya — apapun masalahnya — termasuk anak-anaknya yang terlibat Narkoba; baik pemakai, pengedar, ataupun bandar.

Ada juga anggota grup yang mengusulkan penelusuran dari desa, dari mana masuknya ganja dan sabu ke desa, ditelusuri dari kepala desa bersangkutan.

Banyak menyampaikan pendapat, tak mungkin terangkum semua. Amril Lubis, misalnya, mengusulkan pemberantasan Narkoba dimulai dari pribadi, keluarga dan warga di desa dengan cara kerjasama dengan pemerintahan desa dan seluruh jajaran.

“Yang saya takutkan, sibuk kita berdebat mengenai memberantas Narkoba, eh nggak tahunya malah Narkoba sudah menyelimuti diri kita sendiri,” ujarnya.

Sarmin Harahap, anggota grup WA FAM, jurnalis, justru melihat kejadian Pidolilombang selesai di tingkat desa, yang sebelumnya sangat meresahkan masyarakat.

“Gerakan kesadaran, tanggungjawab bersama, terhadap bahaya narkoba ini membuat mereka bergerak bersama. Ini yang harus kita kobarkan ke seantero Madina,” ujar Sarmin.

Bagaimana pendapat Anda, koum? (Irham Hagabean Nasution)

  • Bagikan