Tubuh Pemuda Panyabungan Mengecil Dan Lumpuh

  • Bagikan
Tubuh Pemuda Panyabungan Mengecil Dan Lumpuh
Tubuh Muhammad Ridwan, 29, pemuda Kel. Kayujati, Kec. Panyabungan, Kab. Madina, mengecil dan lumpuh. Waspada/Ist

KISAH ini sangat memilukan. Nasib dialami Muhammad Ridwan, 29, pemuda Kel. Kayujati, Kec. Panyabungan, Kab. Mandailing Natal, sangat menyayat hati.

Anisah, adek Ridwan, dengan berurai airmata menyampaikan kenestapaan dialami abangnya kepada jurnalis di markas Forum Wartawan Kota (Forwakot) Panyabungan di pelataran taman kota, Minggu (11/6).

Ridwan seperti orang dewasa pada umumnya. Namun, dia tidak mampu berdiri dan berjalan. “Duduk pun tidak bisa, apalagi bekerja,” kata Anisah.

Untuk dapat ke kamar mandi pun, dia membutuhkan waktu lama, karena harus merayap, menyeret kaki menggunakan siku tangan. Sedihnya, semakin bertambahnya usia, justru semakin menurunnya kekuatan fisiknya.

Dijelaskan, Muhammad Ridwan sejak lahir mengalami keterbelakangan mental dan menderita gizi buruk, tepatnya sejak tujuh tahun lalu. Penyakit dideritanya menyebabkan Ridwan lumpuh.

Meskipun makan dan minum dan minum setiap hari, kondisi Ridwan justru semakin parah. Tangan dan kaki Ridwan semakin mengecil dan kurus kering, tulang punggung bengkok, tulang pinggul dan tulang kaki pun semakin terlihat jelas.

“Sejak tujuh tahun lalu, kondisi fisik abang kami Ridwan semakin menurun, tubuhnya mengecil dan lemah dan kini duduk pun dia tak bisa,” ujar Anisah.

Diceritakan, sekira delapan tahun lalu, saat abangnya Ridwan masih bisa berjalan, ia sering keluar rumah dan menghilang pergi tanpa arah dan tujuan, keluarga berkali-kali panik, sebab Ridwan tunawicara. Terakhir, ia ditemukan di Desa Barbaran, Kec. Panyabungan Barat, Kab. Madina.

“Karena meresahkan, sering keluar rumah dan menghilang berhari-hari. Setelah kejadian itu, ibu kami meminta Ridwan untuk jangan pergi kemana-mana. Sejak itulah, abang kami tidak pernah keluar rumah lagi,” ungkapnya.

Setahun kemudian, lanjut dia, setelah abangnya menetap di rumah dan tidak pergi kemana-mana lagi. Seiring waktu, mengidap penyakit dan kondisi fisiknya pun menurun dan melemah hingga mengalami kelumpuhan.

Mereka seperti tak bisa berbuat banyak. Martua lubis, 58, ayah Ridwan, petugas kebersihan kelurahan, ibunya Nur Aini Pulungan, 50 pemetik sayur kangkung liar.

“Kami lima bersaudara. Ayah kami petugas kebersihan kelurahan, ibu kami pemetik sayur kangkung dengan penghasilan 30 puluh ribu rupiah per hari,” ujar Anisah.

Sampai saat ini, kata dia, belum ada satu orang pun dari pemerintah menyambangi kami. “Abang kami butuh kursi roda dan bantuan biaya berobat serta bantuan modal usaha keluarga,” jelasnya.

Irham Hagabean Nasution

  • Bagikan