Indonesia Gandeng Negara-negara ASEAN Percepat Transformasi PAUD

Jalankan Peran Ketua ASEAN

  • Bagikan
Indonesia Gandeng Negara-negara ASEAN Percepat Transformasi PAUD

JAKARTA (Waspada): Pemerintah Indonesia menggandeng negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk menguatkan komitmen bersama dalam mempercepat transformasi pendidikan anak usia dini (PAUD). Langkah tersebut diambil untuk mengatasi ketertinggalan masa belajar dan tumbuh kembang pada anak usia dini yang sempat diperparah oleh situasi pandemi Covid-19.

Sebagai wujud komitmen memprioritaskan PAUD, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), terus konsisten lakukan modifikasi kurikulum agar responsif terhadap perkembangan zaman, menyusun metode pembelajaran bervariasi, serta membuka peluang kolaborasi yang melibatkan sektor swasta.

Hal ini dikemukakan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (Dirjen PDM), Iwan Syahril, di Jakarta dalam Dialog Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di ASEAN atau forum Southeast Asia Policy Dialogue on Early Childhood Care and Education (SEA PD on ECCE). Dialog kebijakan ini digelar bersamaan dengan Konferensi Internasional ke-3 tentang PAUD dan Pengasuhan Anak atau 3rd International Conference on Early Childhood Care Education and Parenting (ICECCEP).

“Saya berharap konferensi hari ini menjadi kesempatan bagi negara-negara ASEAN untuk menyatukan berbagai gagasan dengan saling berbagi praktik baik dalam penyediaan layanan PAUD yang berkualitas. Bersama-sama kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, dimulai dari komitmen yang lebih kuat dalam meningkatkan kualitas layanan PAUD,” tutur Iwan di Jakarta, Selasa (25/7), di hadapan para menteri pendidikan dari 11 negara kawasan Asia Tenggara, duta besar negara-negara Asia Tenggara untuk Indonesia, serta ratusan delegasi.

“Saya berharap semua pihak akan terlibat dalam diskusi yang bermanfaat dan bermakna dalam rangka memajukan PAUD di kawasan ASEAN,” imbuhnya.

Pada kesempatan ini, Iwan Syahril turut menyampaikan apresiasi kepada para narasumber yang terlibat dalam sesi pleno dan paralel yang berasal dari Indonesia, dan negara-negara lain seperti Selandia Baru, Jepang, Kanada, Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Laos, Singapura, Kamboja, dan Vietnam. Apresiasi juga disampaikan Iwan Syahril kepada seluruh panitia yang terdiri atas Sekretariat ASEAN, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal PDM Kemendikbudristek, SEAMEO CECCEP, TANOTO Foundation, dan Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC).

“Saya menyadari tanpa kerja sama yang baik, mustahil kita dapat menggelar acara ini. Tanpa komitmen dan semangat yang tinggi dari panitia, konferensi dan deklarasi pertama ECCE di tingkat menteri kawasan Asia Tenggara tidak mungkin terlaksana. Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi keterlibatan Ibu dan Bapak semua dalam konferensi ini,” ucapnya.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Dirjen PDM Kemendikbudristek berharap para peserta dapat menjadikan forum Regional Consultation Meeting on Declaration on Early Childhood Care and Education sebagai bagian dari Dialog Kebijakan PAUD di ASEAN sebagai ruang produktif yang sarat makna untuk saling berkolaborasi dalam mentransformasi dan meningkatkan kualitas layanan PAUD di kawasan Asia Tenggara.

Sementara itu, Direktur Southeast Asia Ministers of Education Organization Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP), Prof. Vina Adriany menjelaskan, dalam konferensi internasional tersebut dibahas 5 topik bahasan pada sesi pararel.

“Dalam konferensi ini akan dibahas seputar Pendidikan Pengasuhan Anak Universal dan Transisi ke Pendidikan Dasar, Pengaruh Lokal Global pada PAUD, PAUD Holistik dan Terintegrasi, Membangun Ketahanan PAUD, dan Pendidikan Pengasuhan Anak,” ujar Prof Vina.

Di sela konferensi, Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation, Eddy Henry menjelaskan perkembangan filantropi dalam mendukung pengembangan anak usia dini (PAUD) “Filantropi terkini sudah mengalami perubahan,”ujar Eddy.

Setidaknya ada 4 perubahan strategi filantropi era dahulu dan masa kini. Pertama, dari pemberian amal berubah fokus pada dampak. Kedua, dari terfragmentasi menjadi penyelarasan untuk skala besar dan dampak jangka Panjang. Ketiga, dari bekerja sendiri menjadi kolaboratif atau memobilisasi berbagai jenis pendanaan (Pemerintah, organisasi filantropi, lembaga pembangunan dan sektor swasta) Keempat, dari dukungan keuangan saja menjadi pengembangan kapasitas dan bantuan Teknis.

Perubahan strategi filantropi ini turut mempengaruhi program utk anak usia dini agar dapat tumbuh dan berkembang optimal.
Secara umum, Dialog Kebijakan dan Konferensi Internasional PAUD ditujukan untuk mendorong perlunya penguatan program transisi PAUD ke SD sebagai upaya mengurangi mengatasi ketertinggalan masa belajar dan tumbuh kembang pada anak usia dini yang sempat diperparah oleh situasi pandemi Covid-19.

Penyelenggaraan Dialog Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di ASEAN dan Konferensi Internasional ke-3 tentang PAUD dan Pengasuhan Anak yang berlangsung 25-26 Juli 2023 ini, merupakan hasil kerjasama antara Kemendikbudristek bersama Sekretariat ASEAN, SEAMEO CECCEP, Tanoto Foundation, dan Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC).

Nantinya, selain mendapatkan laporan dari tiap negara (country report), dari sesi dialog kebijakan diharapkan lahir deklarasi atau komitmen bersama para Menteri pendidikan di Asia Tenggara di bidang PAUD dan scoping study program PAUD di Asia Tenggara.(J02)

  • Bagikan