Capai 3.981 Hektar Persegi, Kawasan Cagar Budaya Candi Muarajambi Terluas di Asia Tenggara

  • Bagikan
Capai 3.981 Hektar Persegi, Kawasan Cagar Budaya Candi Muarajambi Terluas di Asia Tenggara

JAMBI (Waspada): Komplek Candi Muarajambi yang terletak di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, ditengarai menjadi kawasan candi terluas di Asia Tenggara. Di dalamnya tersimpan kekayaan budaya berbasis Agama Buddha dan Hindu yang sangat mengagumkan.

Kawasan seluas 3.981 ribu kilometer persegi itu telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) pada 2013 lalu. KCBN Muarajambi memiliki lebih dari 110 komplek candi, dimana 12 diantaranya masuk dalam program revitalisasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek sejak 2022 lalu.

Candi yang telah direvitalisasi diantaranya
Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Tepatnya di tepi Sungai Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Candi Muarajambi diperkirakan berasal dari abad ke- 7 – 12 M. Sejak 2009 lalu, Kompleks Candi Muarajambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.

Keberadaan kompleks percandian Muarajambi  pertama kali dilaporkan pada 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke. Secara tak sengaja, Crooke yang tengah melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer, menemukan kawasan candi. Tidak ada catatan terkait pemugaran kawasan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada saat itu.

Pada 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran.  yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno, pada beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-7-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar dan kesemuanya adalah bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah 

Dilansir dari wikipedia, dari sekian banyaknya penemuan yang ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, China, dan India.

Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan “wajra” pada beberapa candi yang membentuk mandala.

KCBN Muarajambi tidak hanya berisi puluhan kompleks candi, melainkan juga parit atau kanal kuno buatan manusia,  kolam tempat penampungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Di dalam salah satu Komplek Candi, tepatnya Candi Kedaton, bahkan terdapat sumur yang airnya sangat jernih dan mengandung PH tinggi.

Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu.

Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 5 yang merupakan Unit Pelaksana Tugas (UPT) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek di Provinsi Jambi, mengupayakan strategi pembangunan KCBN Muarajambi dengan seksama. Tidak hanya berfokus pada revitalisasi fisik berupaya pemugaran kembali 12 komplek candi di KCBN Candi Muarajambi, melainkan juga menjaga keharmonisan dengan alam dan masyarakat setempat.

“Kami membangun kawasan cagar budaya ini bersama masyarakat setempat. Tanpa masyarakat setempat, kami pasti sulit mewujudkan tujuan pembangunan,” tandas Kepala BPK Wilayah 5, Agus Widiatmoko saat menemani sejumlah wartawan mengunjungi langsung KCBN Muarajambi, Sabtu (3/2/2024).(J02)

  • Bagikan