FILSAFAT PISANG

  • Bagikan
FILSAFAT PISANG

Edisi Filsafat Alam

Oleh : H. Hasan Bakti Nasution

Salah satu kata nasehat salah seorang rektor UIN dulu saat melepas doktor baru UIN sebelum menutup ujian promosi ialah “Jangan Seperti Pisang”. Tentu maksudnya ialah agar karya disertasi yang dihasilkan jangan seperti pisang yang hanya berbuah sekali. Itulah yang pertama dan terakhir.
Dalam konteks ini tentu ada benarnya, namun sesungguhnya banyak pesan inspiratif yang bisa dijadikan renungan dari pisang. Pertama, pisang memang hanya berbuah sekali, namun ia tetap tumbuh sebelum berbuah walau batangnya dipotong. Bahkan dua tiga kali dipotong, ia akan tumbuh lagi, tidak peduli apakah semakin mengerdil atau tetap. Semangat untuk tetap hidup dan menghasilkan buah ini tentu menjadi bahan i’tibar, bahwa dalam hidup haruslah terus hidup dan berupaya untuk bermakna. Bahwa kemudian menjadi buah atau tidak itu persoalan lain, yang penting hidup dahulu.
Kedua, di sekitarnya pisang akan tumbuh generasi-generasi baru dalam bentuk bibit kecil dan kemudian besar, melebihi dirinya. Bahkan, biasanya, pisang generasi kedua akan lebih besar dan menghasilkan buah yang lebih banyak dibanding generasi pertama. Sang induk tidak peduli, karena dia toh akan mati meninggalkan generasinya. Jadi jangan sirik, jika muridnya lebih hebat dari kita.
Ketiga, pisang adalah contoh tanaman yang bermakna seluruh bagiannya, mulai dari akar, umbi, batang, pelepah, daun, dan apalagi buah. Akar berfungsi menggemburkan tanah, umbi berfungsi menyuburkan tanah karena mengandung banyak air, batang bagian luar bisa dijadikan sebagai pelampung seperti rakit kecil, atau untuk kepentingan tali, bahkan untuk bakal bahan batik. Kemudian pelepah bisa juga dibuat tali dan bahan bakal batik, dan daunnya sendiri bisa dimanfaatkan multi fungsi sebagai alat pembungkus dalam aneka ragam bungkusan. Konon ada orang jika tidak selera makan, ia akan mencari nasi yang dibungkus daun pisang.
Kehidupan bermakna begini tentulah menjadi prototipe ideal manusia, sesuai hadits Nabi Muhammadd Saw yang mengatakan bahwa manusia terbaik ialah yang paling bermanfaat bagi sesama (khyair an-nasi anfa’uhum li an-nasi). (19-Oktober 2022).

FILSAFAT PISANG
Oleh : H. Hasan Bakti Nasution
  • Bagikan