Matinya Hati

  • Bagikan
<strong>Matinya Hati</strong><strong></strong>

Oleh Tantomi Simamora

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Matinya hati. Di dalam diri manusia, yang paling menakjubkan adalah hatinya. Padahal ia merupakan sumber pelajaran sekaligus lawannya. Jika timbul sebuah harapan, ketamakan akan menundukkannya. Jika ketamakan telah berkobar, ia akan dibinasakan oleh kekikiran. Jika ia telah dikuasai oleh keputusasaan, penyesalan akan membunuhnya.

Jika sedang puas, ia lupa menjaganya. Jika ditimpa kemarahan, menjadi jadilah marahnya. Jika dilanda ketakutan, ia disibukkan oleh kehati-hatian. Jika sedang dalam kelapangan (kaya), bangkitlah kesombongannya. Jika mendapatkan harta, kekayaan menjadikannya berbuat sewenang-wenang. Dan jika ditimpa kemiskinan, ia tenggelam dalam kesusahan.

Sesungguhnya perlu kita ketahui bahwa setiap kekurangan akan membahayakan dan setiap perkara melampaui batas akan merusak dan membinasakan. Dalam perkara hati, ada empat perkara dapat menyebabkan hati menjadi mati.

Pertama, banyaknya keburukan yang bertumpuk-tumpuk telah dilakukan. Hati seseorang akan menjadi keras serta akan merasakan sempitnya hidup di dalam dadanya. Setiap penyakit dan kejelekan, sebab utamanya adalah dosa dan keburukan yang mengeluarkan seseorang dari kebahagiaan dan kenikmatan menuju kesengsaraan. Terus menerus berbuat buruk dalam hidup ini, maka tanpa sadar kita menjatuhkan diri pada kehinaan.

Jika hati telah tertutup banyaknya keburukan, ia akan menolak kebenaran dari manapun datangnya. Semakin hari akan menjauhkan dirinya dari sang Pencipta. jika seseorang telah jauh dari-Nya, maka hatinya akan gelap penuh dengan kemurungan dan kerisauan.

Kedua, banyaknya tertawa. Baginda SAW mengabarkan bahwa banyaknya tertawa akan menyebabkan matinya hati seseorang. Akan susah menerima nasehat dan kebaikan. Karena sesuatu yang berlebihan akan menjerumuskan kepada keburukan yang amat disukai Setan. Hendaknya kita selalu menghindari banyaknya tertawa, cukup sekedarnya saja.

Ketiga, bersikap kasar pada wanita. Sebagian orang menganggap wanita adalah racun dunia, namun dalam fitrah sesungguhnya, wanita adalah sosok layaknya perhiasan dunia, yang istimewa. Lantas tidak pantas lelaki bersikap kasar terhadap wanita. Padahal ada cara yang lebih baik selain sikap tersebut, yaitu dengan menasehati mereka jika kedapatan kesalahan, cukuplah itu sebagai bentuk kasih sayang kita pada mereka.

Bukan dengan bersikap kasar apalagi sampai membentak dan memukul mereka. Jangan-jangan selama ini hati kita sumpek, tidak bahagia, dikarenakan sikap buruk kita terhadap orang lain, terutama pada wanita.

Keempat, duduk bersama orang-orang yang mati. Maksudnya dengan orang-orang yang hidupnya bergelimangan kemewahan. Ini akan menyebabkan kerasnya hati. Bersahabat dengan orang yang hidupnya selalu foya-foya, pamer kekayaan.

Hanya membawa hati yang mati, karena mereka kita menjadi ikut sombong, menghamburkan uang, akan merendahkan orang yang tidak selevel. Di antara bencana ada yang lebih berat daripada kefakiran yaitu penyakit badan, dan yang lebih berat daripada penyakit badan adalah penyakit hati.

Hati yang keras akan sangat sulit menerima kebaikan yang hakiki. Firman Allah dalam Al-Qur’an: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 74).

Semoga hati kita tidak sampai kepada tingkatan paling buruk. Kita masih banyak peluang memperbaiki diri kepada kebenaran yang hakiki. Untuk melunakkan hati yang paling ampuh adalah banyak beribadah, ibadah mahdah maupun ghairu mahdoh

Sebagai Muslim yang mengaku beriman, kita senantiasa terus berupaya mengingat Allah SWT. Sebab hanya dengan mengingat Allah, hati akan lunak . “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28).

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid/PDM Kab. Tapanuli Selatan)

  • Bagikan