Spritual Keagamaan

  • Bagikan
<strong>Spritual Keagamaan</strong>

Oleh Tantomi Simamora

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78)

Spritual kegamaan merupakan ajaran yang sangat penting dalam kehidupan sebagai manusia yang beragama serta mampu memberdayakan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Spritual keagamaan yang mantap akan melahirkan manusia yang berkarakter serta memberikan kesadaran tersendiri bagi dirinya untuk berinteraksi dengan Tuhan yang Mahapencipta. Dengan modal itulah, manusia bisa mengembangkan dirinya sebagai manusia yang berpikir.

Melatih kecerdasan spritual keagamaan memerlukan kesadaran diri utuk meningkatkan tarap pemikirannya kepada yang lebih tinggi, dari pikiran hewani menjadi manusiawi, dari yang kurang baik kepada yang lebih baik atau lebih tepatnya lagi manusia sebagai manusia.

Karena agama sebagai yang posisi tertinggi dalam kehidupan memerlukan tarap pemikiran yang tinggi serta butuh kesadaran praktis yang dilahirkan dari ketekunan beragama.

Paling tidak menurut penulis, ada 5 hal yang perlu kita lakukan untuk membangun spritual kegamaan. Pertama, menciptakan suasana kebudayaan yang bernilai Agama. Dalam semua kondisi, baik itu di Kantor, di Rumah, lingkungan dan dimanapun kita biasanya berinterasksi layaknya diisi dengan nuansa-nuansa agama.

Contohnya saja rumah yang menjadi tempat tinggal kita, apabila terdapat pesan atau gambar yang tidak mendukung dengan keyakinan atau Agama kita, menunjukkan bahwa penghuninya kurang memberdayakan agama dalam lingkungan keluarganya.

Padahal dalam mengembangkan spritual keagamaan, meski menyangkut dengan seluruh aspek kehidupan manusia, agar setiap saat, dimanapun kita berada tetap dalam suasana Agama yang selalu mengingatkan kita kepada Tuhan yang maha pencipta.

Kedua, membangun kepribadian yang mantap. Kepribadian merupakan satu ciri khas dan watak manusia yang membedakan diri dengan yang lainnya.

Kepribadian didorong oleh naluri dari berbagai aspek kehidupan yang mempengaruhinya yaitu aspek keluarga, lingkungan dan pendidikan. ketiga aspek tersebut akan terus mempengaruhi kepribadian seseorang, tergantung bagimana seseorang merespon dan mengamalkannya.

Jika dalam satu lingkungan yang tidak sehat mampu membawanya sakit, berati tidak memiliki kepribadian yang mantap, karena untuk membangun kepribadian yang mantap, sesorang tidak boleh terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik atau perbuatan yang tidak mendukung untuk kemajuan agamannya.

Ketiga, perilaku sosial dan pengembangan budaya. Sebagai makhluk sosial tentunya harus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan serta mampu membudayakan keadaan menjadi lebih baik dan terkendali. Jiwa sosial yang tinggi akan melahirkan rasa solidaritas yang tinggi untuk saling tolong menolong dan saling menasehati.

Dengan jiwa sosial juga akan tercipta satu keinginan yang kuat untuk menciptakan sebuah budaya keagamaan, sehingga dengan terciptanya budaya keagamaan, maka akan menjadi satu amal jariyah baginya karena keberhasilannya dalam menerapkan ajaran agamanya dalam satu komunitas masyarakat.

Pada zaman kekinian ini, kita dituntut untuk meningkatkan etos kerja yang tangguh, rajin dan profesional, tetapi harus menyeimbangkan antara kepentingan  dunia dan agama. Etos kerja yang dimaksud adalah gairah semangat kerja untuk mewujudkan kebudayaan yang berasal dari sistem sosial yang efektif dan telah didasari dengan ilmu dan aqidah yang benar.

Untuk membangun spritual keagamaan memang tidak mudah, butuh perjuangan yang berat karena memegang agama bagaikan memegang bara api, jika kita memegangnya maka akan panas dan jika kita melepasnya maka akan umat islam akan terbakar.

Keempat, membangun khazanah ilmu pengetahuan. Menuntul ilmu merupakan satu kewajiban bagi setiap orang dan merupakan potensi yang paling dibutuhkan dalam mengembangkan spritual kegamaan, karena apapun kegiatan manusia di muka bumi ini harus dengan ilmu pengetahuan. Untuk mencari Dunia meski dengan ilmu dan untuk mencari akhirat pun meski dengan ilmu.

Bahkan dalam ajaran agama Islam disebutkan, bahwa ilmu pengetahuan akan mampu mengangkat derajat manusia. Ilmu adalah cahaya yang menerangi kita dan mampu untuk menjaga keimanan seseorang, sehingga memiliki spritual agama yang kokoh dan tidak mudah dipengaruhi oleh ajaran-ajaran yang tidak ada dasarnya.

Kelima, manajemen lingkungan. Pengaruh lingkungan memang memberi pengaruh tertinggi untuk kepribadian seseorang. terlebih di era globalisasi ini, manusia tidak hanya diuji dengan tekhnologi yang canggih, namun diuji dengan budaya asing yang sangat jauh berbeda dengan pemahaman keagamaan yang mengakibatkan pemahaman keagamaan semakin menipis dan menghilangkan potensi spritual kegamaan.

Maka sebagai manusia yang beragama dituntut untuk kuat membentengi diri dengan memberdayakan spritual keagamaan yang kokoh, sehingga apapun bentuk budaya yang tidak sesuai dengan paham keagamaan bisa terkendali dengan baik.

Sebagai kesimpulan, agama merupakan suatu sistem yang mengatur tata keyakinan dan ritual peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia beserta lingkungannya.

Maka Untuk membangun spritual keagamaan, idealnya harus menempatkan posisi tertinggi dalam kehidupan untuk membentengi keimanan atau keyakinan yang paling utama bagi manusia yang punya kesadaran untuk beragama.

Membangun spritual keagamaan sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia yang beragama. Dengan segala potensi yang ada, kerahkan segala kemampuan untuk memberdayakan spritual kegamaan dalam kehidupan.

Terlebih dalam kondisi zaman yang kekinian, dengan berbagai ujian yang datang dari budaya asing dan arus zaman yang semakin mendesak perkembangan zaman, maka senantiasa kita harus berpacu mengimbangi keadaan yang semakin memburuk.

Dengan memiliki spritual keagamaan yang kokoh dan khazanah ilmu pengetahuan serta yang terkait dengan pembangunan spritual keagamaan, tentu saja kita tidak akan mudah terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang tidak punya dasar yang jelas.

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid/PDM Kab. Tapanuli Selatan)

  • Bagikan