Bawa Beban Bak Himar

Oleh Abdul Hakim Siregar

  • Bagikan
<strong>Bawa Beban Bak Himar</strong>

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim” (QS. Al-Jumuah: 5)

Himar merupakan jenis hewan yang secara positif dapat digunakan sebagai alat transportasi masa dulu, sebagai pengangkut barang, perhiasan, dan manfaat lainnya. Himar secara konotasi, kiasan, misal, dan perumpamaan dapat disamakan dengan sifat manusia yang sebagian negatif?

Misalnya, suara himar tergolong buruk karena meringkik teriakan keras. Dalam ayat arti ayat di atas, himar dicontohkan seperti orang yang membawa kitab suci, tetapi tidak mengamalkannya.

Pada misal di atas, kasus yang digunakan adalah Bani Israil atau Yahudi. Namun, kini, kita umat Islam juga dapat terperangkap dengan pola itu. Jangan-jangan, sebagian Yahudi sudah menyadari beban dan tanggung jawab yang mereka harus pikul setelah dikritik Al-Quran. Namun, kita umat Islam bisa saja sebaliknya, membawa beban dan tanggung jawab yang kurang kita sadari dengan sepenuhnya?

Mungkin saja sebagian umat Islam terpesona atau terjebak membawa-bawa kitab suci ke mana saja. Walakin, kita kurang serius mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Atau mengira hanya pemahaman kitalah yang paling benar dengan berbaur rasa takabur?

Di negara maju, himar sebagai alat transportasi dulu berubah menjadi mobil, truk, kereta api, kapal laut, dan pesawat, sehingga beban berat bisa mereka angkut dengan jumlah yang sangat besar dan cepat.

Sedangkan di negara kita yang berkembang, untuk tidak menyebutnya miskin, himar tetaplah himar bahkan punah. Sementara alat transportasi darat, laut, dan udara kita tergolong tradisional dan buruk. Sarana dan prasarana transportasi menjadi kendali. Alhasil, beban masyarakat semakin berat dalam hidup ini.

Jangan-jangan, kita sebagian umat Islam, belum menyadari beban dan tanggung jawab hidup yang dapat kita lakukan dan sumbangkan dalam hidup ini. Untuk mempermudah jalan kehidupan ini.

Bangsa dan orang lain, sudah menganalisis bacaan kitab suci dan ilmu pengetahuan  serta teknologi secara mendalam dan eksprimental berujud uji coba hasil penelitian, untuk kemajuan rakyat mereka. Sedangkan kita bisa jadi masih sebatas hapalan belaka, atau sekadar pelapalan huruf tau makhrajiu huruf–serta panjang pendeknya? Namun, suara kita begitu buruk secara internasional, kita dikategorikan sebagai bangsa dengan pendidikan rendah, perekonomian timpang, penegakan hukum timpang, dan perpolitikan hingga pemerintahan konflik sehingga sulit melakukan pembangunan?

Kalau demikian, kitalah yang seperti himar, bahkan di bawah derajat himar. Jika himar masih dapat menjadi pengangkut barang dan sumbangsih kemanfaatan lainnya. Sedangkan kita bisa jadi menjadi bagian dari problema hidup, tiada peran, malah mencemarkan hidup itu sendiri semakin buruk?

Contoh yang disamakan pada arti ayat di atas pada kasus Bani Israil atau Yahudi dulu.  Mungkin kini mereka sudah menyadari karena teguran Al-Quran, mereka mengubah diri. Barangkali Yahudi kini menginsafi kesalahan mereka pada masa lalu sehingga mereka berupaya serius untuk lebih maju, dengan belajar ilmu pengetahuan serta teknologi untuk dominasi ekonomi dan militer.

Sedangkan kita kurang merasa bahwa ayat itu juga ditujukan kepada kita. Artinya, himar dalam kiasan, orang yang membawa kitab suci. Namun, tidak memahami, menyadari, dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sama saja dengan himar yang mengangkut barang, himar tidak mengerti jenis barang bebannya?

Kita umat Islam menyampaikan khotbah atau pidato tanggung jawab hidup sebagai orang beriman. Namun, ucapan tanpa tindakan juga kurang maksimal untuk kemajuan. Malah dosanya besar? Kita umat Islam, jangan hanya teriak dan jerit saja dalam hidup ini, tetapi perlu terlibat secara langsung bertindak di dalamnya. Kalau hanya meringih laung, kita bak himar saja, sedangkan himar dulu masih digunakan sebagai alat transportasi, bisa jadi kita tak digunakan atau tak dilibatkan dalam bentuk apapun juga? Semoga tidak demikian!

(Kepala MAN Insan Cendekia Tapanuli Selatan)

  • Bagikan