Berhenti Mengejar Dunia

Oleh Muhammad Iqbal, M.Pd

  • Bagikan
<strong>Berhenti Mengejar Dunia</strong><strong></strong>

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir” (QS. At Taubah: 55)

Manusia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Sesuai firman Allah dalam QS Az Zariyat: 56. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Tetapi, karena tertipu gemerlap dunia. Misi yang ditetapkan oleh Allah tersebut. Perlahan sirna, manusia lebih memilih mengejar target dunianya, segalanya mereka penuhi mulai harta, tahta, hingga wanita, satu pun tidak tersisa.

Sebenarnya, fenomena tersebut telah diwanti oleh Rasulullah SAW. Dalam hadistnya Rasulullah SAW bersabda “Bukan kemiskinan yang aku takuti untukmu, tapi apa yang aku takuti untukmu adalah dunia akan dihadirkan untukmu seperti yang telah disajikan untuk mereka yang sebelum kamu, lalu kau akan bersaing untuk itu, dan itu akan terjadi, menghancurkanmu, sama seperti itu menghancurkan mereka.” (Ibn Majah). Dari hadist tersebut, sangat jelas, bagaimana Rasulullah SAW begitu mengkhawatirkan umatnya agar tidak terjebak dengan godaan dunia yang pesonanya menipu seluruh manusia. Sebab, manusia akan hancur, jika sibuk memenuhi urusan dunia.

Namun, berhenti mengejar dunia, bukanlah hal yang mudah. Apalagi di era sekarang ini, di saat lingkungan menawarkan sejuta pilihan yang menawan. Seperti yang ditujunjukkan pada pusat perbelanjaan. Seolah orang tidak pernah habis berdatangan, hanya karena memenuhi nafsu tanpa ada kepuasan. Mereka rela belanja, menghabiskan uang dengan percuma. Padahal, jika uang tersebut mereka gunakan untuk bersedekah, maka akan jauh lebih bermanfaat. Tetapi, tidak ada yang menyadarinya.

Tidak hanya itu, lihat juga orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya. Mereka rela meninggalkan ibadah shalat, hanya karena ingin menyelesaikan pekerjaannya. Mereka menganggap ketika melakukan sholat, maka waktu untuk menyelesaikan pekerjaan akan terhambat. Padahal, Allah lah yang akan menjadikan pekerjaannya menjadi ringan, jika ia tidak meninggalkan shalat. Allah jugalah yang akan menolong mereka dari pelbagai masalah yang terjadi dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, sesibuk apapun kita, berhentilah sejenak, untuk menunaikan perintah Allah SWT.

Tentang larangan mengejar dunia, sangat banyak ungkapan sahabat atau dalil dari firman Allah dan hadis yang menjelaskannya, diantaranya, Al Baihaqi dalam kitab Syu’ab Al Iman  meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW yang berbunyi cinta dunia adalah biang semua kesalahan. Begitu juga dengan ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib dalam Nahj Al-Balagha yang menyebutkan “Tiadalah cinta dunia itu menguasai hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni cita-cita tak berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak lepas dari kelelahan“.

Hal serupa juga dinyatakan dalam hadist Rasulullah SAW, beliau bersabda “Umatku akan selalu dalam kebaikan selama tidak muncul cinta dunia kepada para ulama fasik, qari yang bodoh, dan para penguasa. Bila hal itu telah muncul, aku khawatir Allah akan menyiksa mereka secara menyeluruh. (Lihat kitab Ma’rifat As Shahabah karangan Abi Nu’aim, juz 23 hal 408). Pelbagai ungkapan dan dalil tersebut, membuktikan sangat tepat, jika cinta dunia merupakan pangkal dari kehancuran manusia.

Untuk itu, agar kita tidak terlalu bernafsu mengejar dunia, langkah pertama yang mesti dilakukan adalah dengan meyakini bahwa kehidupan dunia hanya sementara dan kehidupan akhirat selamanya. Dengan keyakinan tersebut, maka kita akan menempatkan akhirat menjadi tujuan utama yang mesti diwujudkan, bukan dunia yang penuh dengan kepalsuan. Kemudian, meyakini bahwa semua kegiatan yang dilakukan, akan ada pertanggungjawabannya. Harta, tahta, dan semua yang menjadi milik kita, akan diminta pertanggungjawabannya, sehingga akan membuat kita berhati-hati dalam mengumpulkannya. Sebab, apa yang kita miliki akan dinilai langsung oleh Allah SWT, jika tidak sesuai, maka semua yang kiya miliki, tidak ada nilainya di sisi Allah SWT.

Langkah terakhir adalah dengan memunculkan sikap Zuhud dalam diri. Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya). Dari hadist tersebut, menekankan kepada kita betapa pentingnya untuk bersikap Zuhud dalam memenuhi kebutuhan dunia.

Semoga dengan langkah-langkah tersebut dapat menghindarkan kita dari sikap sibuk mengejar dunia. Meskipun, tidak selamanya, bersikap terlalu mengajar dunia itu salah. Mengutip buku “Tuntunan Generasi Muda” terbitan Risalah Nur, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan bahwa mencintai dunia harus disertai dengan perenungan dan tafakkur.  “Cintamu kepada dunia dalam bentuk yang dibenarkan agama, yakni yang disertai perenungan dan tafakur terhadap dua aspek keindahannya, sebagai ladang akhirat dan sebagai cermin yang menampakkan manifestasi Asmaul Husna,” jelas Nursi. Tetapi, jika dilakukan tanpa memenuhi syariat agama, maka hal tersebut tidak boleh untuk dipertahankan. Oleh karena itu, mulai sekarang, berhentilah terlalu sibuk mengejar Dunia.

(Pendidik Pesantren Al Kahfi Pasaman Barat)

  • Bagikan