Bulan Maulid

  • Bagikan
Bulan Maulid

Oleh Tgk Helmi Abu Bakar el-Langkawi

“Setiap nabi memiliki kesempatan berdoa yang dikabulkan, maka semua nabi meminta segera dengan doanya, dan aku simpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari Kiamat” (HR. Muslim)

Tak terasa umat Islam kembali bertemu denganh bulan Rabiul Awal. Imam as Suyuthi mengajarkan untuk menyambut bulan maulid dengan melakukan aktivitas yang bernilai ibadah. Seperti berpuasa, bersedekah, dan membaca Al-Qur’an. “Syukur kepada Allah SWT terwujud dengan pelbagai jenis ibadah, misalnya sujud (mengerjakan shalat sunah), puasa, sedekah, dan membaca Al-Qur’an. Adakah nikmat yang lebih besar pada hari ini dari kelahiran Nabi Muhammad saw, nabi kasih sayang” (Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid karya Imam Jalaluddin As Suyuthi, h.63).

Rabiul Awal menjadi bulan yang istimewa karena pada bulan ini Rasulullah SAW dilahirkan. Karenanya memasuki bulan Rabiul Awal umat Islam di Indonesia dan diberbagai belahan dunia menyambutnya penuh suka cita untuk memperingati kelahiran nabi Muhammad SAW yang juga disebut dengan maulid, maulud, maulidan, melvunt dan lainnya yang berbeda-beda pengucapannya di beberapa negara. Hingga karena itulah Rabiul Awal pun kerap disebut bulan maulid.

Umat Muslim di Indonesia menyambut bulan maulid dengan beragam cara dan tradisi. Dayah atau pondok pesantren memperingati maulid nabi Muhammad SAW dengan membaca berbagai kitab maulid, seperti Al Barzanji, Simthud Durar, Diba, Burdah, adh-Dhiya`ul Lami’. Melantunkan berbagai jenis sholawat nabi. Hal yang sama juga banyak digelar di desa-desa, dan kota. Orientalis Souck Hurgronje yang diungkapkan ulang oleh Pijper menuliskan, umat Muslim Indonesia di Priangan selama 1889-1906 warga memperingatinya di rumah-rumah di masjid, di gedung desa. Baik pria dan wanita datang ke masjid dan membaca maulid.

“Setiap nabi memiliki kesempatan berdoa yang dikabulkan, maka semua nabi meminta segera dengan doanya, dan aku simpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari Kiamat” (HR. Muslim). Pada hari Kiamat kelak, dikatakan kepada baginda Nabi Muhammad: Wahai Muhammad, mintalah maka engkau akan diberi, berilah syafaat maka syafaatmu akan diterima. Baginda menjawab: ”Wahai Tuhanku, umatku umatku” (HR. An-Nasa’i).

Bulan Maulid, merupakan bulan yang penuh makna dalam Islam. Pada bulan ini, Nabi Muhammad SAW dilahirkan, dan ini adalah momen bersejarah yang telah memberikan cahaya kepada seluruh dunia. Bulan ini bukan hanya tentang merayakan hari kelahiran seorang manusia besar, tetapi tentang mengenang ajaran-ajaran, etika, dan moralitas yang dia bawa kepada dunia. Bulan Maulid adalah waktu yang tepat untuk mengenang bagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk hidup dengan kebaikan, keadilan, kasih sayang, dan belas kasihan terhadap sesama.

Di bulan Rabiul Awal ini terdapat banyak keutamaan dan amalan yang bisa bisa dilakukan oleh umat muslim. Bulan ini kerap juga disebut dengan Muludan, bulan Maulid, atau Mulud. Para ulama menganjurkan kepada kita saat tiba bulan Rabiul Awal untuk memperbanyak ibadah termasuk membaca doanya.

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, umat Islam bisa membaca doa yang diambil dalam kitab Al Adabus Syariyah, yaitu: Wa ma ‘alimtu fiha mimma tardhahu wa wa’adtani ‘alaihis sawab, fa as’alukallahumma ya karim ya dzal jalali wal ikram an tataqabbalahu minni wa la taqtha’ raja’i minka ya karim, wa shollallahu ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Artinya: Dan, apa yang aku lakukan di tahun ini yang Engkau ridhai dan janjikan ganjaran padanya, maka aku bermohon pada-Mu Ya Allah Yang Mahamulia, Yang Mahamemiliki Keagungan dan Kemuliaan, untuk menerima amalku, dan tidak memupuskan harapanku pada-Mu. Dan Allah senantiasa berselawat dan memohon selamat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para Sahabat.

Hendaknya kita sambut syahrul maulid (Bulan Rabiul Awal) dengan beragan kegiatan positif bernilai ibadah baik dengan zikir, bershalawat, membaca Al-Qur’an, bersedekah dan lainnya. Momentum bulan kelahiran Rasulullah ini kita jadikan bulan untuk introspeksi diri dan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah serta tidak lupa meneladani akhlak baginda nabi dalam keehidupan kita sehari-hari. Sudahkah kita melakukannya? Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq.

(Dosen IAIA Samalanga dan Alumni Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga serta Ketua Ansor Pidie Jaya, Kandidat Doktor UIN Ar-Raniry Banda Aceh)

  • Bagikan