Edisi Filsafat Alam
FILSAFAT KEHILANGAN SEMANGAT

Oleh : H. Hasan Bakti Nasution

  • Bagikan
Edisi Filsafat Alam<br>FILSAFAT KEHILANGAN SEMANGAT

KBBI memberi enam makna kata semangat, yaitu roh kehidupan yang menjiwai seluruh makhluk, seluruh kehidupan batin manusia, kekuatan batin atau keadaan dan suasana batin, perasaan hati, nafsu untuk bekerja dan berjuang, dan isi dan maksud yang tersirat dalam suatu kalimat.
Kecuali makna terakhir, kelima makna tersebut berkaitan erat dengan judul di atas. Sejauh kajian filsafat, seorang filsuf tidak puas dengan fenomena, apa yang ada, tetapi berupaya mencari apa sebaliknya, atau penyebabnya (neomena). Ketika seorang kehilangan semangat, sang filsuf akan mencari akar persoalan (radix), “mengapa semangatnya hilang”. Itulah sebabnya syarat pertama menjadi filsuf harus mampu berfikir radikal, sampai ke akar masalah.
Munculnya semangat tidak terlepas dari adanya faktor internal, dari dalam diri seseorang, dan faktor eksternal dari luar dirinya. Begitu kata ahli psikolog. Maka filsafat psikologi akan merumuskan apa saja yang menjadi faktor internal dan eksternal, dan ketika semangat melemah apalagi menghilang, yang dilakukan ialah memunculkan fakor-faktor tersebut. Di sini motivator bekerja.
Salah seorang teman dengan nada ringan mengisahkan, ketika isterinya kehilangan semangat, yang ia lakukan ialah mengajaknya shoping atau jalan-jalan atau bahasa krennya traveling. Biasanya semangat akan muncul katanya. Lain lagi teman lainnya, ketika suaminya kehilangan semangat, untuk menaikkan semangatnya ia berbisik: “bang, kawin lagi yaa, aku ridho”. Katanya, suaminya akan semangat lagi…he hee… kayak betul saja.
Belakangan ada ilmu baru saat sering mendampingi orang sakit yang kehilangan semangat. Setelah semua motivasi diberikan tetap saja tidak bersemangat, setelah ditest rupanya, HB-nya turun, atau gula darahnya rendah. Jadi bertambah lagi faktor kehilangan semangat.
Sang filsuf akan bertanya lagi dan akan mencari jawabannya, yaitu “mengapa HB dan gula darah turun”, di sini kalangan medislah yang menjawab.
Intinya, semua prilaku dan munculnya semangat banyak faktor yang melatarinya. Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya, sebagai faktor awal dan akhir ialah faktor agama. Ketiga semua faktor sudah terhenti, agama akan memberi semangat baru, adanya gairah kehidupan, karena kehidupan ini dan di dunia ini belumlah berakhir, masih ada kehidupan lain yang lebih abadi.
Pesannya, jika memang di kehidupan hari ini belum terwujud sesuai idealita, maka berupayalah agar kehidupan yang abadi kelak dapat meraihnya. Tetaplah semangat dan jangan berputus asa, ingatlah firman Allah: “…janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah…” (Q.S. az-Zumar/39: 53).
Mudah-mudahan yaa…. (9 Desember 2022).

  • Bagikan