Edisi Filsafat Alam
FILSAFAT MUAK

  • Bagikan
Edisi Filsafat AlamFILSAFAT MUAK
Edisi Filsafat AlamFILSAFAT MUAK


Oleh : H. Hasan Bakti Nasution

KBBI memberi tiga arti kata muak, yaitu sudah jemu karena sudah kerapkali dimakan, atau merasa jijik sampai hendak muntah. Arti ketiga ialah merasa bosan atau jijik mendengar atau melihat sesuatu.
Dari tiga pengertian ini dapat disimpulkan sebagai suatu perasaan yang berkaitan dengan melihat obyek fisik, atau obyek non fisik melalui pendengaran.

Dalam arti obyek fisik, misalnya muak ketika melihat kotoran sebagai reaksi otomatis syaraf seseorang menjadi muak. Dalam arti ini, kata muak berkaitan dengan mual, yaitu hendak muntah. Ujung-ujungnya akan muntah, sebagai pelampiasan atas rasa muak dan mual tersebut.
Dalam arti non fisik, muak berkaitan dengan aktifitas mendengar, yaitu mendengar suatu bualan atau janji-janji manis lalu muncul rasa muak sebagai bentuk penolakan.

Misalnya, mendengar janji-janji palsu (PHP) dari seorang kekasih atau mungkin juga pejabat dan atau politisi, lalu muncul rasa muak, karena sudah meyakini bahwa apa yang disampaikan hanya sekedar PHP saja.
Kedua makna sekaligus reaksi di atas memiliki fungsinya masing-masing, kendati memiliki kesamaan, yaitu sama-sama bentuk penolakan. Secara medis, rasa muak sebetulnya adalah sebagai pertahanan diri seseorang, sehingga membuatnya sehat secara fisik.

Kemudian secara sosial politik, rasa muak adalah reaksi terhadap suatu pernyataan yang tidak disukai karena diyakini sebagai sebuah kebohongan.
Pesannya bagi siapapun termasuk kalangan pejabat dan politisi ialah, jangan sampai membuat munculnya rasa muak orang atau rakyat, karena ini menjadi penghambat besar bagi penerapan suatu gagasan. Jadi jika punya gagasan baru, tananamkan dulu kepercayaan, barulah gagasan baru diajukan. Jika tidak mungkin relevan di sini ungkapan “masuk telingan kanan, keluar telinga kiri”. Just supporting… Itu saja !!!. (03-12-2022).

Edisi Filsafat Alam<br>FILSAFAT MUAK
  • Bagikan