FILSAFAT LOBANG GOLF

Oleh : H. Hasan Bakti Nasution

  • Bagikan
FILSAFAT LOBANG GOLF

Edisi Filsafat Alam

Menyebut golf mungkin yang terbanyang ialah kemewahan dan gaya hidup kaum hedonistik. Maklum, olah raga ini miliknya kaum elite, karena membutuhkan biaya besar, mulai dari penyiapan lapangan yang luas. Kemewahan semakin sempurna, ketika turnamen golf ini dilakukan campiunnya akan diberi hadiah yang cukup wah, sampai milyaran. Atau kunci Alpard.
Namun bagi sekelompok anak manusia, inilah olah raga yang tidak bermutu, karena hanya mengejar satu lobang beberapa orang harus berjalan ratusan meter di cuaca yang panas. Kemudian mereka melakukan beberapa pukulan hanya untuk mengejar lobang yang sama, jauh dan kecil pula. Begitu pesimisme kelompok ini terhadap permainan golf ini, sehingga membuat singkatan GOLF dengan “Golongan Orang Lemah Fikiran”.
Terlepas dari dua pandangan pro kontra di atas, lobang golf memang menyimpan sejuta ‘ibrah sebagai bahan renungan. Pertama, pekerjaan atau peluang sesulit atau sekecil apapun jika dilakukan dengan fokus kelas tinggi akan berhasil juga. Bayangkan lobang bola golf yang begitu kecil dan jauh, ternyata bisa juga dicapai. Bahkan pemain kelas dunia ada yang hanya dalam satu kali pukulan, yang disebut dengan “hole in one”. Wajar jika hadiahnya kunci Alpard. mangsa yang berada di dalam air. Maka dalam beberapa detik sang elang akan menangkap mangsa dan kemudian menerbangkannya ke sarang untuk kemudian
Kedua, dan oleh karena itu seorang pemimpin besar memang harus memiliki ketajaman pandangan ke depan, seperti pandangan mata elang yang mampu melihat mangsa di kejauhan. Termasuk dijadikan santapan siang bersama anak-anak tercinta.
Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia, salah satu faktornya ialah karena kecerdasan beliau dalam menatap masa depan. Ini bukan sekedar klaim, karena dalam beberapa hadits selalu menggunakan “satakunu…”, akan terjadi, dan jika dicermati era belakangan satu persatu sudah terbukti. Salah satu prediksi yang selalu saya jadikan contoh ialah haditsnya yang berbunyi: “Satakunuw fi akhir az-zaman wala yabqa min al- Islami illa rasmuh” (akan tiba saatnya di akhir zaman, Islam hanya sekedar nama).
Dengan melihat fakta dan kondisi umat Islam hari ini saya setuju pasti ada yang setuju dengan dugaan ini. Bukan menjelek-jelekkan, tetapi untuk direnungi semoga akan ada kesadaran… (30-10-2022).

  • Bagikan