Kegelisahan Hati

  • Bagikan
Kegelisahan Hati

Oleh: Murni

“Kebaikan selalu mendatangkan ketenangan, sedangkan keburukan selalu mendatangkan kegelisahan” (HR. Al Hakim).

Kebaikan adalah pertanda seseorang mendapat petunjuk yang dapat menentramkan hati. Sedangkan perbuatan dosa atau maksiat adalah perkara yang membuat hati menjadi gelisah. Itulah sinyal penting yang harus dikenali setiap manusia dari dalam dirinya. Nabi SAW bersabda, “Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu dan beralihlah kepada perkara yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta akan menggelisahkan jiwa” (HR. Tirmidzi).

Itulah sebabnya ketika seseorang merasa gelisah perlu melakukan introspeksi diri. Karena tidak ada perkara yang membuat hati merasa gelisah selain perbuatan maksiat atau dosa yang dikerjakan. Ketenangan jiwa hanya bisa diperoleh dengan memperbanyak dzikir, istighfar dan beramal saleh. Nabi SAW bersabda, “Kebaikan adalah dengan berakhlak mulia. Sedangkan kejelekan adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan dilakukan, tentu engkau tidak suka jika hal tersebut diketahui oleh manusia” (HR. Muslim)..

Imam An-Nawawi dalam kitab Al Minhaj Syarh Shahih Muslim mengatakan bahwa perbuatan maksiat atau dosa yang dilakukan seseorang selalu mejadi penyebab kegelisahan hati. Dosa tersebutlah yang menjadikan hilangnya keberkahan hidup dan ketenangan jiwa. Maka walaupun para pelaku dosa terlihat bahagia dengan hartanya, sejatinnya hatinya tidak tenang dan kebingungan. Itulah sebabnya hati adalah bagian tubuh manusia yang bisa memberikan informasi atau sinyal tentang keadaan seseorang. Nabi SAW bersabda, “Mintalah fatwa kepada jiwamu, mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah sesuatu yang mendatangkan ketenangan jiwa dan menenteramkan hati. Sedangkan kejelekan (dosa). Selalau menggelisahkan jiwa dan menggoncangkan hati” (HR. Ad Darimi).

Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab Jam’ul ‘Ulum Wal Hikam menjelaskan bahwa hadits-hadits tersebut menjadi panduan atau petunjuk agar kita selalu merujuk pada hati ketika merasakan kegelisahan atau keraguan pada sesuatu. Bertanyalah kepada hati kecil yang tidak pernah berdusta. Maka jika hati menjadi tenang, sungguh perbuatan atau perkara tersebut adalah kebaikan. Sedangkan jika hati menjadi gelisah, maka hal tersebut adalah pertanda dosa atau keharaman. Demikianlah akibat buruk perbuatan dosa yang mendatangkan kegelisahan hati. Maka dapat dipastikan bahwa orang-orang yang selalu berbuat curang, menipu, korupsi dan perbuatan dosa lainnya hatinya akan merasa gelisah dan takut jika prilakunya diketahui orang lain.

Lalu mengapa orang yang banyak berbuat maksiat justru terlihat seperti bahagia hidupnya? Bahkan anak-anaknya juga sehat dan sukses dalam berbagai bidang. Ketahuilah bahwa kunci kebahagian yang sejati tidak terletak pada banyaknya harta dan kesuksesan dalam karir. Melainkan kebahagian yang hakiki terletak pada hati yang tenang. Selain itu, bisa jadi dengan kebahagian yang semu tersebut Allah sedang mengulur waktu dan memberikan kesenangan kepadanya. Sehingga ketika tiba waktu hukuman atas dosanya, maka ia akan berputus asa. Inilah pertanda bahwa hatinya terkunci karena noda hitam perbuatan dosa yang meliputinya.

Allah SWT berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian)., sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin : 14). Maka seseorang yang terus larut dalam berbuat maksiat akan sulit meneriman masehat dan petunjuk. Ibnu Qayyim dalam kitab Ad Daa Wa Ad Dawaa’ mengatakan bahwa jika hati sudah berada pada kondisi tersebut, hati menjadi gelap, maka akan sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran. Maka hendaknya kita berusaha mengerjakan berbagai kebaikan serta berupaya menjauhi segala bentuk maksiat atau kemungkaran. Sebagaimana doa yang diucapkan, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kemudahan untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran” (HR. Tirmidzi).

Kita bermohon kepada Allah agar diberikan petunjuk serta dimudahkan dalam mengerjakan segala bentuk kebaikan dan diberikan kekuatan untuk menjauhi segala bentuk kemungkaran. Sebab hanya dengan memperbanyak dzikir dan perbuatan baik tersebutlah hati menjadi tenteram. Allah SWT berfirman, “Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du : 28).

(Guru Pesantren Darul Mursyid/PDM, Tapanuli Selatan)

  • Bagikan