Kepunyaan Allah

  • Bagikan
<strong>Kepunyaan Allah</strong>

Oleh Prof Dr Faisar A. Arfa, MA

Katakanlah “Kepunyaan siapakah apa yang ada di Langit dan di Bumi?” Katakanlah “Kepunyaan Allah” Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kalian pada hari Kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari. Dan Dialah Yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui. Katakanlah “Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan Langit dan Bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?” Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang Musyrik.” Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari Kiamat) Jika aku mendurhakai Tuhanku.” Barang siapa yang dijauhkan azab darinya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata (QS. Al An’am: 12-16)

Al-Qur’an memberitahukan bahwa Allah lah yang mempunyai Langit dan Bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya, dan bahwa Dia telah menetapkan kasih sayang atas diri-Nya Yang Mahasuci.

Dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah, setelah selesai menciptakan makhluk, maka Dia menulis di dalam kitab yang ada di sisi-Nya di atas ‘Arasy, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku”. Kasih sayang Allah ini meliputi semua makhluk-Nya tanpa membedakan jenis bahkan tanpa membedakan status dan agama yang mereka percayai.

Begitu pun kasih sayang tak terbatas itu hanya berlaku selama mereka hidup di dunia. Kasih sayang terbatas itu dibatasi pada hari pembalasan dengan Batasan keimanan dan ketaqwaan.  Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya.

Huruf lam yang terdapat pada lafaz layajma’annakum merupakan pendahuluan dari qasam (sumpah). Allah bersumpah dengan menyebut nama diri-Nya Yang Mahamulia, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menghimpun semua hamba-Nya di waktu tertentu pada hari yang dikenal. Yaitu hari Kiamat yang tiada keraguan padanya, yakni yang keberadaannya tidak diragukan lagi di kalangan hamba-hamba-Nya yang Mukmin. Adapun hamba-hamba Allah yang ingkar dan mendustakannya, mereka tenggelam ke dalam keraguannya tentang kejadian hari tersebut.

Sesungguhnya setiap nabi itu mempunyai telaga, dan aku berharap telaga milikku adalah yang paling banyak didatangi mereka. Orang-orang yang merugikan dirinya. Yakni kelak di hari Kiamat. Mereka itu tidak beriman. Yakni mereka tidak percaya dengan adanya hari kembali dan mereka tidak takut akan adanya pembalasan yang keras di hari itu. 

Dan kepunyaan-Nyalah segala yang ada pada malam dan siang hari”. Dengan kata lain, semua makhluk hidup yang ada di Langit dan di Bumi adalah hamba-hamba Allah dan makhluk-Nya; semuanya berada di bawah kekuasaan, pengaturan, dan pengendalian-Nya, tidak ada Tuhan selain Dia.

“Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Mahamengetahui”. Yakni Mahamendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan, semua yang terpendam di dalam kalbu mereka, dan semua yang mereka rahasiakan.

Kemudian Allah SWT berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW yang diutusnya dengan membawa ajaran tauhid yang agung dan syariat yang lurus. Allah memerintahkannya untuk menyeru manusia ke jalan Allah yang lurus.
Untuk itu, Allah SWT berfirman: 

Katakanlah “Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan Langit dan Bumi?” Makna yang dimaksudi ialah ‘aku tidak akan menjadikan pelindung selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, karena sesungguhnya Dialah Yang menciptakan Langit dan Bumi dan yang mengadakan keduanya tanpa contoh lebih dahulu’.

“Padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan”. Yakni Dialah Yang memberi rezeki kepada makhluk-Nya, padahal Dia tidak memerlukan mereka, karena Allah SWT telah berfirman: Di dalam hadis Suhail ibnu Abu Saleh dari ayahnya, dari Abu Hurairah ra, disebutkan bahwa pernah seorang Ansar dari kalangan penduduk Quba mengundang Nabi SAW ke suatu jamuan makan yang dibuatnya.

Maka kami berangkat bersama Nabi SAW untuk memenuhi undangannya. Setelah Nabi SAW selesai makan dan mencuci kedua tangan, maka Nabi SAW membaca doa berikut: “Segala puji bagi Allah Yang telah memberi makan dan tidak pernah makan, telah memberikan anugerah kepada kami hingga kami mendapat petunjuk, telah memberi kami makan dan minum, dan telah memberi kami pakaian hingga tidak telanjang, dan semua ujian baik yang Dia timpakan kepada kami. Segala puji bagi Allah dengan tidak meninggalkan Tuhanku, tidak merasa cukup, tidak ingkar, dan tidak dapat lepas dari-Nya. Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan memberi kami minum, memberi kami pakaian hingga tidak telanjang, memberi kami petunjuk dari kesesatan, memberi kami penglihatan dari kebutaan, dan mengutamakan kami di atas kebanyakan makhluk yang telah diciptakan-Nya dengan keutamaan yang sesungguhnya; segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.

Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri (kepada Allah).” Yakni dari kalangan umat ini, dan jangan sekali-kali kalian termasuk golongan orang-orang Musyrik.

Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar, jika aku mendurhakai Tuhanku.” Yakni kelak di hari Kiamat. Barang siapa dijauhkan azab darinya. Yakni azab dipalingkan atau dijauhkan darinya. Pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Yakni berkat rahmat Allah kepadanya.

Dan itulah keberuntungan yang nyata. Ayat ini semakna dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya: “Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung”. Yang dimaksud dengan istilah al-fauz ialah memperoleh keuntungan dan tidak rugi.

Ayat di atas menekankan tentang dominasi Allah di dalam kehidupan manusia yang bersifat mutlak. Semua yang dinikmati oleh manusia berasal dari pemberian Allah. Tidak ada satu pun yang mereka miliki. Semua yang ada di muka bumi ini berasal dari Allah dan mutlak kepemilikannya di tangan Allah.

Sebab itu manusia yang berilmu dan beriman akan hidup dengan tenang di muka bumi ini sebagai orang yang datang seperti tamu Allah dan akan Kembali dalam waktu yang relatif singkat ke hadapan Allah.

Orang-orang yang beriman akan menikmati hidup ini dengan kegembiraan karena paham betul bahwa Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Mereka merasa nyaman atas kasih sayangNya. Mereka siap ketika Dia sungguh-sungguh akan menghimpun mereka pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya.

Mereka tidak ingin menjadi orang-orang yang merugikan dirinya karena tidak beriman. Sebaliknya mereka sungguh sungguh meyakini kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari.

  • Bagikan