Mensyukuri Nikmat Dipertemukan Dengan Bulan Ramadhan

  • Bagikan
Mensyukuri Nikmat Dipertemukan Dengan Bulan Ramadhan

Oleh Dr Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA

“Pergunakanlah lima (kesempatan) sebelum (datang) lima (kesempatan lain); masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ta’ala atas pemberian nikmat-Nya, baik nikmat yang disadarinya maupun tidak, yang diketahuinya maupun tidak, dan yang diakuinya maupun tidak. Pada kenyataannya, Allah ta’ala telah memberikan nikmat yang sangat banyak kepada manusia.

Sungguh banyak nikmat Allah ta”ala berikan kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya. Allah ta’ala berfirman, “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Mahapengampun, Mahapenyayang” (QS. An-Nahl: 18).

Allah ta’ala juga berfirman, “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (QS. nikmat Allah)” (QS. Ibrahim: 34).

Nikmat Dipertemukan Dengan Bulan Ramadhan

Di antara nikmat Allah ta’ala adalah nikmat dipertemukan dengan bulan Ramadhan dengan diberikan umur panjang sehingga bisa bertemu dengan bulan Ramadhan dan diberi kesehatan. Dengan nikmat umur, kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Dengan nikmat kesehatan, kita dapat melakukan ibadah dan amal shalih lainnya di bulan Ramadhan dengan antusias, optimal, dan maksimal. Tanpa kesehatan, maka kita tidak bisa beribadah dengan baik. Ibadah menjadi terganngu. Kita-menjadi malas, susah dan bahkan tidak antusias dalam beribadah.

Kita wajib bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Dengan demikian, kita masih diberi kesempatan oleh Allah ta’ala untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan ibadah kita di bulan Ramadhan yang lalu atau bulan-bulan sebelum Ramadhan tahun ini dan sekaligus meraih berbagai keutamaan yang disediakan oleh Allah ta’ala pada bulan Ramadhan tahun ini.

Bisa jadi ibadah kita pada bulan Ramadhan yang lalu atau bulan-bulan lainnya sebelumnya tidak maksimal dan optimal. Masih ada di antara kita yang tidak mengkhatamkan Al-Qur’an beberapa kali bahkan sekalipun selama di bulan Ramadhan yang lalu atau bulan-bulan lainnya. Al-Qur’an terkadang dibaca dan terkadang tidak dibaca. Shalat-shalat sunnat khususnya Tarawih, Tahajud dan Witir terkadang dikerjakan dan terkadang tidak dikerjakan. Dan sebagainya.

Bisa jadi ibadah yang kita lakukan tidak berkualitas karena tidak sesuai dengan petunjuk (Sunnah) Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak diterima oleh Allah ta’ala. Meskipun kita banyak beribadah, namun jika tidak benar atau tidak berkualitas, maka tidak akan diterima oleh Allah ta’ala. Ibadah kita akan diterima jika dilakukan dengan benar atau berkualitas yaitu sesuai dengan petunjuk Nabi shallahu’alaihi wa sallam.

Maka, inilah kesempatan bagi kita untuk memperbaikinya di bulan Ramadhan tahun ini. Agar kita dapat meraih berbagai keutamaan bulan Ramadhan kali ini, dengan melakukan berbagai amal shalih padanya seperti puasa, tadarus Al-Qur’an, shalat-shalat sunnat khususnya Tarawih, Tahajud dan Witir, zikir, dan infak.

Bersyukurlah kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Tidak semua orang mendapatkan nikmat ini. Hanya orang-orang yang dikehendaki oleh Allah ta’ala mendapatkan nikmat ini, dengan diberi nikmat umur dan kesehatan.

Sebahagian saudara kita yang tidak mendapatkan nikmat dipertemukan dengan bulan Ramadhan tahun ini, karena telah dipanggil oleh Allah ta’ala (meninggal dunia) sebelum kedatangan bulan Ramadhan. Padahal mereka sangat merindukan perjumpaan dengan bulan Ramadhan. Namun, tidak dipertemukan oleh Allah ta’ala.. Pada Ramadhan yang lalu, mereka masih bersahur, berbuka puasa dan shalat Tarawih, Tahajud, dan Witir bersama kita. Namun pada Ramadhan ini mereka telah tiada.

Begitu pula sebahagian saudara kita sakit bahkan dirawat di rumah sakit maupun di rumahnya sendiri. Sebelum Ramadhan tiba, mereka sangat berharap bisa bertemu dengan bulan Ramadhan untuk beribadah padanya dengan optimal dan maksimal. namun Allah berkehendak lain. Mereka diuji dengan penyakit sehingga tidak dapat beribadah pada bulan Ramadhan tahun ini. Kalau pun bisa beribadah, namun tidak bersemangat dan tidak pula maksmal.

Dengan demikian, dipertemukan dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat merupakan nikmat Allah ta’ala yang besar yang wajib kita syukuri. Tanpa kesehatan, kita tidak mampu beribadah. Kalaupun mampu, namun tidak optimal dan maksimal. Ibadah kita terganggu. Kita menjadi malas dan tidak semangat.

Karena itu, mari bersyukur kepada Allah ta’ala. dengan melakukan kewajiban puasa Ramadhan dan memperbanyak ibadah dan amal shalih pada bulan Ramadhan seperti tadarus Al-Qur’an, shalat-shalat sunnat terutama shalat Tarawih, Tahajud, dan Witir,, zikir, dan infak, serta meninggalkan maksiat padanya. Inilah hakikat syukur dipertemukan dengan bulan Ramadhan.

Hakikat Syukur

Syukur adalah senantiasa memuji Allah ta’ala baik di waktu senang maupun sedih dan waktu lapang maupun sulit, menaati segala perintah-Nya baik yang wajib maupun yang sunnat dan segala larangan-Nya baik yang haram maupun yang makruh, serta ridha terhadap qadar (ketentuan) Allah ta’ala yang baik dan yang buruk. Inilah hakikat syukur yang wajib diamalkan oleh setiap Muslim.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin berkata, “Menurut sebahagian ulama bersyukur adalah menaati Dzat Yang Memberikan nikmat (Allah ta’ala). Inilah syukur, yaitu kamu menaati Dzat Yang Memberikan nikmat (Allah ta’ala), terutama nikmat yang sejenis dengan nikmat ini. Jika Allah memberikan nikmat kepada Anda dengan harta, maka hendaknya ada pada diri Anda pengaruh dari harta ini pada pakaian Anda, rumah Anda, kenderaan Anda, sedekah Anda, maupun nafkah Anda, hendalah terlihat pengaruh nikmat Allah yang telah diberikan kepada Anda pada harta ini.

Dalam ilmu, jika Allah menganugerahkan ilmu kepada Anda, maka pengaruh ilmu itu harus terlihat pada diri Anda berupa semangat menyebarkannya di tengah-tengah orang ramai, mengajarkannya kepada orang banyak, berdakwah kepada Allah azza wa jalla, dan sebagainya, Maka syukur ada pada nikmat yang sama yang diberikan Allah kepada Anda, atau lebih umum. Jadi, orang yang berbuat maksiat kepada Allah berarti tidak bersyukur kepada nikmat Allah, karena dia telah kufur nikmat Allah, semoga kita dijauhkan.” (Syarhu Riyadhus Shalihin: 457).

Syukur merupakan ciri orang yang bertakwa. Orang bertakwa adalah orang yang menta’ati segala perintah Allah ta’ala dan meninggalkan segala larangan-Nya. Orang yang bertakwa akan diberi balasan berupa surga di Akhirat nanti.

Adapun orang yang tidak mau bersyukur maka ia telah melakukan maksiat kepada Allah ta’ala karena tidak ta’at perintah-Nya untuk bersyukur dan juga telah melakukan perbuatan kufur nikmat yang diharamkan-Nya. Orang yang berbuat maksiat akan diberi balasan berupa azab di akhirat nanti.

Perintah Bersyukur

Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita agar senantiasa mensyukuri nikmat yang Allah ta’ala berikan kepada kita, termasuk nikmat dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan diberi kesehatan padanya.

Allah ta’ala juga berfirman: “Maka ingattlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku” (QS. Al-Baqarah: 152).

Allah ta’ala juga berfirman: “Jika kamu kafir, ketahuilah sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu, dan Dia tidak meridhai kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridhai kesyukuranmu itu” (QS. Az-Zumar: 7).

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa dahulunya Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam sampai kedua kakinya bengkak. Aku pun bertanya kepadanya, “Kenapa engkau lakukan sampai seperti ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi seorang hamba yang bersyukur?!”. (Muttafaq ‘Alaih)

Bahkan Allah ta’ala dan Rasul-Nya memperingatkan kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ta’ala dan tidak melupakan nikmat-Nya bahkan mengecam orang yang tidak bersyukur dan melupakan nikmat-Nya.

Allah ta’ala berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat” (QS. Ibrahim: 7).

Allah ta’ala juga berfirnan,, “Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu” (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur” (QS. Al-Araf: 10).

Allah ta’ala juga berfirnan: “Katakanlah, “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur” (QS. Al-Mulk: 23).

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua nikmat yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang yaitu nikmat sehat dan waktu luang” (QS. HR. Al-Bukhari).

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:“Pergunakanlah lima (kesempatan) sebelum (datang) lima (kesempatan lain); masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Sebagai penutup, mari kita bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat dipertemukan dengan bulan Ramadhan tahun ini dan diberikan kesehatan sehingga kita dapat melakukan berbagai ibadah dan amal shalih padanya.

Oleh karena itu, perbanyaklah ibadah dan amal shalih di bulan Ramadhan ini. Lakukanlah ibadah dengan maksimal, optimal dan berkualitas yaitu sesuai dengan petunjuk (Sunnah) Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, agar ibadah kita diterima oleh Allah ta’ala dan kita dapat meraih berbagai keutamaan bulan Ramadhan. Semoga Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan yang terbaik dalam seumur hidup kita. Amin !

Dosen Fiqh dan Ushul pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM), Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Syah Kuala Banda Aceh, dan Wakil Ketua Majelis Pakar Parmusi Provinsi Aceh, dan Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara.

  • Bagikan