Nabi Yang Dijanjikan

  • Bagikan
<strong>Nabi Yang Dijanjikan</strong>

Oleh Asep Safa’at Siregar, S.Sos.I, M.Pd

“Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis didalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka” (QS. Al-A’raf: 157)

Meski Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir dan tidak ada nabi setelahnya, namun mengenai kedatangannya telah termaktub di dalam kitab-kitab suci dahulu, dan bahkan telah menjadi bahan perbincangan umum di kalangan semua bangsa. Al-Qur’an sendiri telah menerangkan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah dikisahkan oleh segenap nabi terdahulu. Keistimewaannya yang akan menjadi saksi kebenaran menjadi penutup sekalian para nabi.

Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. (QS. Ali Imran : 81). 

Berikut beberapa ramalan para nabi terdahulu tentang kedatangan nabi Muhammad SAW, yakni: Pertama, ramalan Nabi Ibrahim as. Walau kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Ibrahim as yang dinamai Suhuf tidak sampai ke tangan kita namun Allah SWT telah mengabarkan akan kelahirannya. Nabi Ibrahim as memberitakan lahirnya seorang nabi terakhir dalam doanya di surat Al-Baqarah ayat 129. 

Selepas membangun Ka’bah Beliau lantas berdoa agar Allah memunculkan sosok Nabi di lingkungan Ka’bah dan sekitarnya. “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana” (QS. Al-Baqarah: 129).

Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar mengutus sosok Nabi dari lingkungan Ka’bah yang mengajarkan kitab suci kepada mereka. Sejarah membuktikan bahwa sosok Nabi yang lahir di sekitar Ka’bah itu adalah Nabi Muhammad. Doa Nabi Ibrahim itu terwujud setelah 30 generasi kemudian. 

Kedua, ramalan Nabi Musa as. Kedatangan Nabi Muhammad Saw juga ternyata disuarakan oleh Nabi Musa as. Di dalam Al-Qu’an Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun” (QS. Al-Muzammil: 15). Seorang Rasul yang diturunkan Allah SWT di masa kekuasaan Fir’aun adalah Nabi Musa as.

Menurut Ibnu Al Jauzy dalam kitab Al Wafa, dalam Taurat, Nabi Muhammad memiliki ciri-ciri yang sama dengan yang ada dalam Alquran. Dalam Taurat Nabi Muhammad diutus sebagai saksi, dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan, untuk menjaga agama. 

Menurut Ibnu Al Jauzy dalam kitab Al Wafa, dalam Taurat, Nabi Muhammad memiliki ciri-ciri yang sama dengan yang ada dalam Alquran. Dalam Taurat Nabi Muhammad diutus sebagai saksi, dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan, untuk menjaga agama.

Allah SWT menegaskan: “Yaitu  orang-orang yang mengikuti Rasul. Nabi Ummi, yang mereka dapati tercantum di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka” (Al-Qur’an 7: 158). Bila dilihat juga didalam Kitab Injil: “Dari bangsa mereka sendiri aku akan mengutus kepada mereka seorang nabi seperti engkau. Aku akan mengatakan kepadanya apa yang harus dikatakannya. (Ulangan: 18). 

Ketiga, ramalan Nabi Isa as. Kedatangan Nabi Muhammad SAW telah tertulis didalam Injil yakni kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Isa, jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka…” (QS. Al-A’raf: 157).

Dalam tafsir al-Wajiz, kisaran waktu antara pengutusan nabi Isa as dengan nabi Muhammad SAW adalah 611 tahun. Dalam refrensi yang lain menyebutkan 569 tahun. Istilah yang dikenal adalah masa fatrah (periode jeda diantara diutusnya dua nabi. 

Kedatangan nabi Muhammad SAW telah dikabarkan oleh Allah SWT kepada bani Israil melalui nabi Isa as. Bahwa akan datang seorang rasul setelah nabi Isa as yang bernama Ahmad atau Muhammad. Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” (QS. Ash-Shaf: 6). 

Di dalam Injil juga disebutkan: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Ruh Kebenaran” (Yohanes 14: 15-17). Yang dimaksud seorang penolong dan ruh kebenaran adalah Nabi Muhammad SAW.

Di ayat yang lain juga disebutkan: “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Ruh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku…” (Yohanes 16: 12-14).

Dengan demikian, dapatlah kita ambil pelajaran bahwa berita kelahiran atau kedatangan Nabi Muhammad SAW telah dikabarkan oleh para nabi dan rasul sebelumya. Sehingga dapat meyakinkan kita bahwa Rasulullah SAW sebagai nabi yang menyempurnakan ajaran sebelumnya dan kita telah berada dalam jalan yang benar sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Semoga kelak kita mendapat safaatnya. Amin. Wallahu a’lam.

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu “Darul Mursyid” Tapanuli Selatan)

  • Bagikan