Nasihat Ayah

  • Bagikan
<strong>Nasihat Ayah</strong><strong></strong>

Oleh Tantomi Simamora

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar” (Q.S An-Nisaa’: 34)

Mendidik anak dalam lingkungan keluarga bukanlah pekerjaan yang mudah, tentunya memerlukan metode yang tepat sehingga anak bisa cerdas dan berkarakter. Sebagai orang tua tentu tidak sama seperti guru dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas, orang tua memiliki jurus ampuh tersendiri dalam mendidik anaknya sendiri.

Tetapi tidak jarang kita lihat orang tua yang salah dalam mendidik, akibatnya durhaka terhadap orang tuanya sendiri. Disinilah pentingnya pendidikan keluarga. Peran ayah dalam mendidik anak tidak kalah pentingnya dengan peran ibu. Walaupun ibu sebagai madrasah pertama bagi anaknya, tetapi peran ayah juga sangat dibutuhkan untuk mendampingi, memotivasi dan melindungi anaknya dalam keluarga.

Sosok ayah yang baik dalam Islam juga digambarkan dalam Al-qur’an agar kita bisa memetik hikmah dan pesan-pesan kasih sayang dari Luqman. Firman Allah dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. Luqman: 12-13).

Ketika sang ayah memanggil anaknya dengan panggilan kasih sayang, tentu anak akan merasa senang dan  akan merasakan kasih sayang langsung dari sang ayah, tetapi ketika kita memanggil anak dengan sebutan yang buruk, tentu akan berdampak buruk pada karakternya. Bahkan bisa saja lebih buruk, karena saat itui orang tua telah menjadi contoh yang tidak baik. Orang tua sejatinya lebih banyak menasehati anak dengan penuh kelembutan dan tidak pernah bosan untuk menanamkan nilai-nilai positif dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.

Luqman yang dikisahkan dalam Al-Qur’an adalah sebagai ayah yang baik, penyayang dan sangat bijaksana dalam mendidik anaknya. Ketika ia memanggil dengan penuh kasih sayang “wahai anakku“, maka pesan selanjutnya adalah perintah untuk melakukan hal-hal yang baik. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya panggilan kasih sayang yang berasal dari hati. Artinya sebelum orang tua memberikan pengajaran, terlebih dahulu menjalin hubungan dan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Setelah itu baru memberikan pengajaran. Dengan demikian, pesan orang tua akan mudah diterima oleh anak.

Jangan sampai antara orang tua dan anak tidak ada rasa kasih sayang sehingga hubungan keduanya seakan ada jarak yang memisahkan. Hubungan  orang tua dan anak sejatinya memiliki kontak batin yang sesungguhnya dipahami mereka. Ketika orang tua memamggilnya dengan kasih sayang, tentu anak akan merasa nyaman sehingga ia mudah dibina dan diarahkan kepada hal-hal yang baik. Sebab manusia pada hakikatnya cinta dengan kasih sayang. Fitrah manusia sangat baik, yang bisa merusak adalah kita sendiri dan lingkungan. Dengan demikian, panggilan kasih sayang sangat tepat kepada anak yang sudah terdidik.

Maka sebagai orang tuanya manusia sudah sejatinya memberikan pendidikan terbaik kepada anaknya sehingga anak memiliki karakter yang baik. Jangan sampai orang tua bosan untuk mendidik anak, sebab orang tua adalah pendidik dan madrasah pertama bagi anak. Terlebih dalam hal memanggil anak, jangan sampai orang tua sering memanggil anak dengan perkataan yang buruk, apalagi sampai mencap anak sebagai orang yang buruk.

Sebab panggilan yang buruk akan selalu berbekas di hati anak dan akan menjadi kenangan buruk dalam kehidupannya, sehingga panggilan buruk itu terkadang akan menjadi contoh bagi anak. Apalagi panggilan buruk itu berulang-ulang didengar oleh anak, tidak akan mustahil jika ia tidak pernah beranggap baik sehingga terjun dalam dunia kejahatan adalah hal biasa dalam hidupnya.

Dampak buruknya sangat banyak ketika  para orang tua sering memanggil anak dengan perkataan buruk. Tentu, tidak ada satu orang tuapun yang menginginkan anaknya buruk. Maka dalam mendidik anak, para orang tua harus kembali kepada ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang. Anak adalah karunia atau titipan Allah SWT yang menjadi kebanggaan setiap orang tua, kehadirannya akan menjadi dambaan dari pasangan  suami istri, karena anak merupakan buah hati dari kasih sayang terjalin antara dua insan. Maka sangat wajar jika para orang tua memanggilnya dengan penuh kasih sayang sehingga anak merasa nyaman.

Jika para orang tua memanggil anak dengan sebutan yang buruk, maka anak bisa saja menjadi minder, pemarah bahkan tidak akan memiliki kepercayaan diri. Kemudian, sejalan perkembangan usia, jiwa dan raga mereka pun bertambah pula. Ketika masih anak-anak mungkin soal panggilan nama apa pun tak bermasalah bagi dirinya. Namun ketika dirinya makin dewasa, maka makin mengenalilah dirinya, dan pastinya ia akan merasa lebih malu. Yang jelas, tidak ada dampak positifnya ketika para orang tua memanggil anak dengan sebutan yang buru, justru akan mengancam kepribadiannya kepada yang lebih buruk.

Dengan panggilan kasih sayang dari orang tua maka akan tercipta komunikasi yang baik sehingga orang tua mudah memahami jiwa anak. itulah pentingnya komunikasi antara orang tua dengan anak. Jika orang tua berhasil mendidik anaknya, maka ia pasti lebih paham kepada anaknya sendiri dibanding orang lain. Komunikasi merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia, tanpa komunikasi manusia tidak bisa saling berhubungan, karena identitas kita sebagai manusia sangat membutuhkan orang lain, sehingga dengan berkomunikasi, semua akan lebih mudah dimengerti, termasuk dalam hal mendidik anak.

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid/PDM Kab. Tapanuli Selatan)

  • Bagikan