Renungan Akhir Tahun

Oleh Tantomi Simamora

  • Bagikan
<strong>Renungan Akhir Tahun</strong><strong></strong>

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr: 18)

Setahun begitu cepat berlalu. Rasanya tahu 2022 baru saja berlalu, tapi sebentar lagi sudah akan berganti tahun lagi yaitu tahun 2023. Apalagi dengan kesibukan atau aktifitas yang kian banyak, tentu hari akan terasa lebih cepat sehingga kita tak sadar sudah di ujung tahun dan sudah akan menjalani tahun berikutnya. Begitulah, waktu terus berjalan. Pertanyaannya adalah : apakah hari-hari yang kita lalui itu membawa perubahan yang lebih baik pada diri kita? Ataukah justru semakin hari malah semakin buruk, terutama dalam amal ibadah. Sementara umur terus bertambah, batas jatah usia semakin berkurang.

Umat Islam seharusnya lebih mampu untuk melakukan pembaharuan dalam perayaan tahun baru dengan mengisi kegaitan positif selalu mengingat kepada Allah serta memberi pemahaman bahwa hidup hura-hura adalah wujud dari perbuatan mubazir yang merupakan saudara dari pada setan. Jangan sampai fenomena buruk terjadi pada umat Islam setiap tahun, sebab jika pergantian tahun dirayakan dengan hura-hura atau dengan prilaku yang tidak bernilai Islam, maka sama halnya telah merusak  nilai-nilai kemanusiaan sebagai pengabdi kepada Allah Swt.

Kemudian hal yang paling penting dalam merenungkan akhiri tahun 2022 ini adalah memperbaiki hati, sebab hati manusia sangat menentukan prilaku seseorang, baik prilaku yang baik maupun yang buruk. Rasululloh SAW bersabda: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).”(HR. Bukhari dan Muslim). Pentingnya menjaga hati adalah mutlak, agar hati kita terpelihara dengan baik.

Hati manusia pada dasarnya sangat lembut sehingga ketika hati ditata dengan niat yang lurus, maka akan menghasilkan prilaku terpuji yang akan memberikan kenyamanan bagi kita semua. Maka kelembutan hati itu sejatinya harus dipertahankan agar tidak mengeras seperti batu. Jika hati sudah mulai mengeras seperti batu, maka hati akan sangat sulit untuk membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang buruk. Bahkan hati yang keras juga akan sangat sulit menerima kebaikan yang hakiki. Firman Allah dalam Al-Qur’an:

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 74).

Ayat ini adalah informasi tentang bahaya kerasnya hati sekaligus peringatan untuk kita semua yang mungkin saat ini lalai dalam menjaga waktu dan kesempatan untuk beribadah kepada Allah SWT. Intinya bermuhasabah yang paling sederhana adalah dengan mempertanyakan diri kita dari mana, untuk apa dan mau kemana? Mudah-mudahan dengan tiga ini saja, dan apabila sudah benar-benar memikirkan dan menyadari sepenuhnya dengan iman yang kokoh, maka seseorang akan terus mengevaluasi diri dan meningkatkan kualitas amalnya setiap saat. Semua manusia akan dikembalikan kepada Allah dengan persiapan-persiapannya selama di dunia, dan itulah penentuan akhir dari ibadah manusia.

Setiap ada awal pasti ada akhir, setiap ada hidup pasti ada mati dan seterusnya. Pergantian bulan dan tahun sudah jelas tidak bisa dihindari dari kehidupan, maka lazimnya sebagai seorang mukmin menyadari, bahwa pergantian tahun adalah dalam rangka menghabiskan umur yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Dengan berjalannya waktu, umur akan berkurang. Jika tidak dimanfaatkan dengan kegiatan-kegiatan positif seperti berzikir (mengingat Allah), justru momen ini yang akan menjauhkan kita dari akhirat yang kekal.

Tentu kita semua tentu sangat berharap adanya perubahan diri yang terus mengarah kepada kebaikan secara bertahap tahun demi tahun yang pada gilirannya nanti akan terbangun kepribadian yang mantab. Namun, di tengah-tengah sibuknya aktivitas, terkadang semua jadi terabaikan, karena belum mengkuatkan niat untuk berubah menjadi yang terbaik..

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid/PDM Kab. Tapanuli Selatan)

  • Bagikan