Rindu Dan Doa

  • Bagikan
Rindu Dan Doa

Oleh: Nursawalina Harahap

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Mahapenerima Taubat dan Mahapenyayang” (QS. Al-Hujurat: 12)

Rindu, kata yang sulit diungkapkan, berat dirasakan. Dalam KBBI arti kata rindu ialah sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu, memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu. Rindu tercipta dari adanya kasih sayang yang ditanam, lalu terpisahkan oleh waktu. Pabila terjangkit rindu biasanya dapat diobati dengan komunikasi, baik komunikasi langsung dengan bertemu maupun hanya lewat alat komunikasi. Tapi bagaimana cara kita merindu seseorang yang tidak bisa dijumpai lagi? Bagaimana cara kita merindu seseorang yang tidak bisa dihubungi dengan alat komunikasi apapun?

Apa ada rindu semacam itu? Ya ada. Rindu seorang anak kepada orangtuanya yang telah tiada. Orangtua adalah panutan setiap anak, tempat bermanja, guru terbaik dan pahlawan terbaik yang rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan kita, anaknya. Apa yang akan terjadi setelah pahlawan itu kembali kepada Sang Pencipta? Tentunya hati si anak sangat hancur, sangat sedih dan terpukul. Rindu yang menyiksa selalu melanda. Rasa kehilangan itu masih melekat meskipun hari terus berganti. Setelah kembali ke pangkuan Allah Swt kedua orangtua sudah tidak lagi membutuhkan uang dan harta yang berlimpah, sebab di alam kubur tidak ada pasar, mall, atau minimarket tempat untuk belanja. Yang dapat diberikan kepada orangtua hanyalah doa.

Allah SWT memerintahkan seorang anak untuk berbakti kepada kedua orangtuanya. Setelah orangtua tiada, apakah bakti anak sudah selesai? Tidak. Meskipun orangtua telah tiada, kewajiban berbakti tersebut masih belum putus. Kewajiban seorang anak setelah orangtuanya meninggal dunia adalah mendoakannya agar dosa-dosa mereka dapat diampuni Allah Swt dan segala amal ibadah mereka selama hidup diterima oleh Allah Swt. Mengapa anak harus mendoakan orangtuanya? Karena doa seorang anak kepada orangtua yang sudah meninggal dunia termasuk satu dari tiga amalan yang tidak tidak ada putusnya. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW: “Jika seseorang meninggal Dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh” (HR. Muslim).

Tidak ada anak yang bisa menjamin bahwa orangtuanya akan hidup selama dia hidup. Dan tidak ada anak yang bisa menjamin bahwa selama hidup amal ibadah orangtuanya telah banyak berlimpah. Maka dari itu, sebagai anak yang sholeh/sholeha kita harus mengemban kewajiban dalam mendoakan mereka, berdzikir dan membaca Al-Qur’an yang faedahnya dihadiahkan ke-ruh mereka, agar mereka dapat beristirahat dengan tenang disisi Allah Swt.

Ada sebuah kisah yang diceritakan Sahabat tentang mimpi seorang wali pekuburan. Dalam mimpi, Beliau melihat para penghuni kuburan tengah sibuk mengais-ngais rumput di sekitar kuburannya seperti sedang mencari sesuatu. Namun, ada satu orangtua yang sedang duduk dengan tenang di atas kuburannya sendiri. Wali pekuburan pun memutuskan menghampiri bapak tua tersebut.

Wali : “Mengapa engkau hanya duduk di atas kuburanmu sedang yang lain sibuk mengais-ngais rumput?” Bapak : “Kalau kamu ingin tahu jawabannya, besok pergilah ke pasar, carilah penjual daging yang masih muda”.

Seketika itu, si wali pekuburan pun tersadar dari mimpinya. Keesokan harinya, ia pun pergi ke pasar dan mencari penjual daging sebagaimana yang dicirikan orangtua itu dalam mimpinya. Setelah ketemu, ia hanya memandangi pemuda itu dari jauh. Sang wali melihat pemuda tersebut membaca Al-Qur’an setelah dagangannya habis terjual. Sang wali pun memutuskan untuk menghampiri pemuda.

Wali : “Assalamu’alaikum anak muda, bolehkah saya bertanya sesuatu?” Pemuda : “Wa’alaikumsalam pak, boleh.” Wali : “Adakah engkau memiliki saudara yang meninggal dan dikubur di pekuburan kampung ini? Pemuda : “Ya ada. Itu adalah ayah saya. Ayah saya telah meninggal dunia dan dikubur di pekuburan kampung ini.”

Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah di atas adalah. Orangtua yang telah tiada, akan tenang beristirahat di saat anaknya masih menghujaninya dengan doa dan kiriman lantunan ayat suci Al-Qur’an. Sedang yang lain, yang tampak mengais-ngais rumput, seolah sedang berebut mencari percikan-percikan doa “walmuslimina walmuslimati walmukminina walmukminati”. Nauzibillah, tsumma nauzubillah jika orangtua kita termasuk dari bahagian ruh yang sedang mengais-ngais rumput.

Semoga orangtua kita yang telah kembali kepada Allah dapat diampuni Allah dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya, dan ditempatkan di sisi Allah yang terbaik. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid/PDM, Tapanuli Selatan)

  • Bagikan