Fir’aun Millenial

Oleh Tgk. Helmi Abu Bakar El-Langkawi

  • Bagikan
<strong>Fir’aun Millenial</strong>

Kami jadikan Bani Israil bisa melintasi laut itu (Laut Merah). Lalu, Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menganiaya dan menindas hingga ketika Fir’aun hampir (mati) tenggelam, dia berkata, ‘Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain (Tuhan) yang telah dipercayai oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri kepada-Nya).’Apakah (baru) sekarang (kamu beriman), padahal sungguh kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?” (QS. Yunus: 90-91)

Peran Firaun Mesir Kuno cukup lekat kaitannya dengan politik dan agama. Di samping itu, para Firaun ini juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi sejarah Mesir. Sebut saja dari aspek inovasi arsitektur, pemimpin militer yang dihormati, hingga diplomat yang cerdik. Fir’aun merupakan sebutan setiap penguasa Mesir pada waktu itu, sebagaimana sebutan Kisra untuk setiap Penguasa Persia, Kaisar untuk setiap Penguasa Romawi, Najasyi untuk setiap penguasa Habasyah, Tubba’ untuk setiap penguasa Yaman, Batlimus untuk setiap Penguasa India.

Adapun nama Fir’aun di masa Nabi Musa adalah: al-Walid bin Mush’ab bin ar-Rayyan atau al-Walid bin ar-Rayyan yang berasal dari Bani Amliq bin Wilad bin Iram bin Sam bin Nuh.Ada pertanyaan mengapa penguasa Mesir pada masa Nabi Yusuf tidak disebut Fir’aun?Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa penguasa Mesir pada masa Nabi Yusuf disebut “al-Malik” (Raja) tidak disebut Fir’aun, karena kedua Penguasa ini berbeda asal daerahnya.

Penguasa Mesir pada masa Nabi Yusuf berasal dari Mesir Pesisir, sehingga mudah untuk menerima perubahan.Sedang Fir’aun pada masa Nabi Musa berasal dari pedalaman Mesir, yang mempunyai watak dan karakter keras dan kolot, tidak mudah menerima orang-orang dari luar kalangan mereka. Dari keterangan di atas, dipahami kenapa penguasa (Raja) Mesir pada masa Nabi Yusuf percaya kepada Nabi Yusuf dan mengikuti Agama Nabi Yusuf (Islam) kemudian diikuti oleh rakyatnya.Berbeda dengan penguasa Mesir masa Nabi Musa, yaitu Fir’aun yang tidak mau menerima dakwah Nabi Musa walaupun sudah di datangkan berbagai mukjizat di hadapannya (A Zain an-Najah, 2022).

Pada saat yang sama, Malaikat Jibril pun menyumbat mulut Fir’aun dengan tanah laut agar dia tidak bertobat. Keterangan ini didasarkan dari cerita Abu Dawud ath Thayalisi yang mendengar kisah dari Ibnu Abbas Ra. Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits sebagai berikut: “Jibril pernah berkata kepadaku: ‘Seandainya engkau melihat aku sementara aku dapat melakukan dan mengubah keadaan laut, akan aku injak mulut Fir’aun karena aku khawatir ia akan mendapatkan rahmat” (HR. Abu Dawud).

Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas Ra pernah berkata dengan redaksi berikut: “Suatu ketika dua orang sahabat menghadap Rasulullah SAW (menanyakan tentang Fir’aun). Beliau bersabda, ‘Malaikat Jibril menyumpali mulut Fir’aun dengan pasir, khawatir kalau-kalau akan mengucapkan, ‘La ilaha illallah‘” (HR Ahmad).

Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi mengutip pernyataan Ibnu Abbas RA yang pernah menyebutkan alasan mengapa Malaikat Jibril berlaku demikian pada Fir’aun. Alasannya, Malaikat Jibril khawatir rahmat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang lebih cepat menghampiri Fir’aun daripada murkaNya.”Sebab itu, Jibril cepat-cepat mengubah keadaan dengan mengibaskan sayapnya hingga menampar wajah Fir’aun dan menewaskannya sampai tenggelam,” tulis Ibnu Katsir.

Dengan kata lain, semua tobat yang diusahakan Fir’aun di akhir hayatnya terlambat dan membuatnya su’ul khatimah atau akhir yang buruk. Sebab, tidak ada tobat di saat sakaratul maut menjemput hingga akhirnya Fir’aun dan kaumnya tenggelam. (Rahma Harbani, 2022).

KH. Khusein Ilyas dalam sebauh ceramahnya menyebutkan sosok Fir’aun bukanlah orang kafir namun dia seorang muslim. akan tetapi mati dalam keadaan suul khatimah, dikisahkan pada masa fira’un pada saat keberadaan perjuangan nabi musa untuk menyebarkan agama islam hanya sampai 12 suku. Fir’aun mulai ketakutan dan ingin menyerang. dimana tempat ada nabi atau rasul akan ada cahaya Langit yang menyinari.

Fir’aun yang kebingungan, bertanya Iblis dimana Nabi Musa As dan pengikutnya. Nabi Musa As yang diperintahkan oleh Allah SWT menuju Laut Merah dan meminta Nabi Musa As untuk memukul tongkat ke laut sebanyak 12 kali. Fir’aun mendapatkan informasi dari Iblis, dan akhirnya Fir’aun dan pasukannya akhirnya tahu, kemudian menuju Laut Merah dan mengikuti hingga tengah laut.

Ketika sampai di tengah laut, dan sempat membaca doa taubat akan tetapi ketika diawal diberi pilihan (welas) oleh Allah SWT untuk masuk Surga, dia (Fir’aun) menolak malah ingin Dunia. ketika ingin membaca doa taubat, ia gagal karena air laut sudah menghempas. Akhirnya Fir’aun gagal membaca doa taubat. maka Fir’aun tersebut termasuk mukmin yang matinya suul khotimah. dan Fir’aun yang dimaksud ternyata adalah ramses dua menurut gelarnya. Allah SWT menyelamatkan Fir’aun beserta pengikutnya agar orang-orang setelahnya mengetahui apa yang telah terjadi.

Era millennial seperti ini tentunya sosok Fir’aun masih ada sesuai dengan karakternya meskipun zaman berbeda-beda. Syari’at Islam melarang kita untuk menyebutkan ungkapan yang tidak baik kepada seseorang terlebih kepada sang pemimpin. Kinipun dalam beberapa hari ini viral sebutan kepada seseorang pemimpin negeri ini dengan sebutan fir’aun, pantas dan layakkah? Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq.

(Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga dan Alumni MUDI Samalanga serta Ketua Ansor Pijay dan PPNPN KIP Pijay)

  • Bagikan