Tafakur Akhir Tahun

Oleh Asep Safaat Siregar, M.Pd

  • Bagikan
<strong><em>Tafakur</em> Akhir Tahun</strong>

“Mereka adalah orang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Mereka merenungkan penciptaan Langit dan Bumi” (QS. Ali Imran: 190)

Kini kita telah sampai di penghujung tahun, ada baiknya kita bertafakkur tentang apa yang telah kita lakukan dan apa rencana perbaikan kedepan. Hal itu perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT. Dengan tafakur kita dapat meningkatkan dan merawat kualitas iman, yakni dengan melakukan perenungan mendalam terhadap kekuasaan Allah seperti merenungi ayat-ayat-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, merenungi janji dan peringatan Allah serta mengingat banyaknya dosa yang sudah kita perbuat, merenungi kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “tafakur” bermakna renungan, perenungan, perihal merenung, memikirkan, menimbang dengan sungguh-sungguh, dan pengheningan cipta. Sementara itu, Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumiddin menjelaskan terkait cara kerja tafakkur. Menurutnya, saat seorang muslim bertafakkur, maka akan menghasilkan pengetahuan dari objek yang ditafakkurinya. Syekh M Nawawi Banten mengatakan bahwa para ulama memberikan penjelasan jenis tafakur yang terdiri atas lima jenis, yakni:

Pertama, tafakur dalam rangka merenungi ayat-ayat Allah. Kita disuruh untuk bertafakur dan merenungi ciptaan Allah dan dilarang untuk memikirkan Zat Allah SWT. Sebab ilmu yang kita miliki tidak akan sanggup untuk membahas dan menggambarkan Zat Allah yang Maha Luas. Al-Quran menegaskan, berpikir dan merenung tentang kejadian alam dengan segala fenomenanya ini dapat dijadikan tanda adanya sang Pencipta, yaitu Allah SWT.

Firman Allah SWT: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua, dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka” (QS. Ali Imran:190 -191). Bagi para sufi, tafakur tidak hanya sekadar untuk mengetahui dan menetapkan adanya Tuhan, tetapi lebih dari itu, untuk mencari nilai dan rahasia dari suatu objek yang sedang dipikirkan dan di renungkannya sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan tanpa sia-sia.

Kedua, tafakur merenungi nikmat-nikmat Allah. Sungguh segala sesuatu yang kita miliki merupakan nikmat dari Allah SWT. Bahkan kita tidak akan mampu menghitung betapa banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).

Maka momentum akhir tahun ini harus kita jadikan sebagai momentum untuk mengingat  dan memperbanyak rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Dalam ayat lain Allah SWT menggugah hati manusia bahwa banyak sekali nikmat yang Ia limpahkan sejak kita datang ke dunia ini, agar kita sadar dan bersyukur kepada Allah. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).

Ketiga, tafakur merenungi janji-janji Allah. Dalam Al-Qur’an, ada banyak janji-janji yang Allah berikan kepada kita. Janji-janji kebaikan di dunia akhirat akan kita raih jika kita melakukan semua perintah Allah. Bertafakur atas janji-janji dapat dilakukan dengan melihat kehidupan kita setelah mengikuti segala perintah Allah SWT. Bertafakur tentang segala janji yang Allah penuhi akan menumbuhkan keyakinan bahwa Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Merenungi janji Allah juga akan membuat seseorang semakin bersemangat beramal saleh.

Allah SWT berfirman: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas Langit dan Bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran: 133). Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman: Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An Nahl: 97).

Keempat, tafakur merenungi peringatan Allah. Tafakur ini dapat melahirkan rasa takut di hati seseorang kepada (siksa)-Nya. Allah adalah Dzat yang Maha Adil. Selain akan memberikan nikmat dan kemudahan kepada hamba yang bertaqwa, Allah juga akan meberi peringatan kepada hamba yang melampaui batas. Dengan merenungi peringatan Allah, dalam hati seorang hamba akan lahir rasa takut terhadap siksa Allah. Ini akan membuat kita menjadi semakin beriman dan bertaqwa. Allah SWT berfirman: “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar 54: Ayat 22). Dalam ayat lain disebutkan: “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”(QS. Ta-Ha 20: Ayat 124).

Kelima, tafakur merenungi kelalaian diri dalam menjalankan perintah-Nya. Tafakur ini dapat menumbuhkan rasa malu di hati kita. Sebab kita mengakui bahwa diri kita tak luput dari dosa dan kesalahan. Padahal begitu banyak nikmat Allah yang kita peroleh, namun banyak juga dosa yang kita lakukan dengan nikmat itu sendiri. Maka memperbanyak tafakur tentang kelalaian diri sendiri akan membuat kita merasa malu dihadapan Allah SWT. Allah SWT berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah (dengan mengerjakan suruhan-Nya dan meninggalkan larangan-Nya), dan hendaklah tiap-tiap diri melihat dan memerhatikan apa yang ia telah sediakan (dari amal-amalnya) untuk hari esok (hari Akhirat). Dan (sekali lagi diingatkan) bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat meliputi pengetahuannya akan segala yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr: 18).

Al-Qur’an Surat Al-Hasyr Ayat ke-18 | merdeka.comAl-Qur’an Surat Al-Hasyr Ayat ke-18 dan Terjemahan Bahasa Indonesia

Tafakkur insya Allah bernilai ibadah disisi-Nya. Dengan bertafkkur, berarti kita mensyukuri nikmat Allah dengan mennggunakannya untuk melihat kekuasaan Allah dan merenungi nilai-nilai luhur dibaliknya. Semoga kita semua bisa selalu menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan tafakkur, inysa Allah dapat meningkatkan dan menjaga kualitas iman kita. Amin. Wallohu a’lam.

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu “Darul Mursyid”/PDM, Tapanuli Selatan)

  • Bagikan