Tafakur Shalat Penyangga Kejayaan (Psiko Momentum)

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Shalat Penyangga Kejayaan (Psiko Momentum)

Salah satu dari lima rukun Islam adalah shalat lima waktu. Shalat lima waktu di dalam ajaran Islam hukumnya wajib, dan berdosa bagi yang tidak menunaikannya. Al Shalatu Nuurun, artinya shalat adalah cahaya (H.R.Ahmad dan Abu Daud, dari Abdullah bin al Amru bin al ‘Ash).

Ibnu Rajab al Hanbali mensyarah hadits tersebut dengan penjelasan, “shalat bagi orang orang yang beriman adalah cahaya bagi hati dan mata batin mereka. Dengan shalat hati mereka akan bercahaya dan mata batin mereka akan terang” (Kitab Jaami’ al ‘Ulum Wa al Hikam, Juz, 2, halaman, 645).

Imam Al Alusi dalam kitab tafsirnya Ruhul Ma’ani, Juz 9, halaman 271, menyebutkan “Al Shalatu Mi’rajul Mu’minin.” Shalat itu adalah pendakian orang-orang yang beriman. Al Munawi di dalam kitab Faidhul Qadir menyebutkan bahwa kalimat itu menunjukkan bahwa tingginya kedudukan shalat di dalam ajaran Islam.

Kata mi’raj, di dalam kalimat Al Shalatu Mi’rajul Mu’minin, dapat dimaknai mendaki ke arah kejayaan atau kesuksesan dunia dan akhirat. Kejayaan dan kesuksesan akan didapat oleh orang-orang yang beriman, melalui ibadah shalat yang mereka tegakkan. Dengan demikian, shalat adalah psiko momentum (peluang jiwa), bagi orang-orang yang beriman, untuk menggapai semua kesuksesan dalam hidup mereka.

Shalat adalah penyangga kejayaan, karena Nabi Saw bersabda, “Ra’sul Amri al Islam Wa ‘Umuduhu al Shalatu.” Artinya, pokok segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat (H.R. Al Baihaqi dari Anas bin Malik).

Jika shalat dapat menaikkan derajat orang-orang yang beriman di sisi Allah Swt, maka shalat juga merupakan penyangga bagi kejayaan orang-orang yang beriman. Oleh karenanya, orang-orang beriman yang menegakkan shalat, oleh Nabi Saw disebut telah menegakkan agama. Dengan tegaknya agama, maka tegaklah ketertiban dalam kehidupan, dan semua ketertiban kehidupan, akan mengantarkan kepada kejayaan kehidupan dan peradaban.

Di dalam Alqur’an, Allah Swt memerintahkan agar shalat ditegakkan, karena salah satu manfaat shalat adalah mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, dan shalat memiliki makna yang lebih besar dari ibadah yang lain (Al Ankabut, ayat 45). Hilangnya perbuatan keji dan munkar, akan melahirkan peradaban bercitarasa kemanusian yang teduh, penuh kedamaian, saling menghormati dan memuliakan, tanpa ada kebencian dan egosentris.

Di dalam surat Al Mu’minun, ayat 1-2, dengan tegas disebutkan, “Qad Aflahal Mu’minun, Allaziina Hum Fii Shalaatihim Khaassyi’uun.” Artinya, “Sungguh telah menang (sukses), orang-orang yang beriman, yaitu, orang-orang yang mereka di dalam shalatnya mereka khusyu’.”

Kata aflah dapat diartikan dengan menang, dapat pula berarti sukses (najah). Berdasarkan surat al Mu’minun, ayat 1-2, tersebut, dapat pula diambil pemahaman, bahwa shalat yang ditegakkan dengan khusyu’ atau fokus, dapat menjadi penyangga kejayaan bagi setiap kesuksesan dan kegemilangan hidup dunia serta akhirat.

Nabi Saw menjadikan shalat sebagai sarana memohon dan bermunajat kepada Allah swt, jika ada kesulitan kesulitan yang dihadapi (H.R. Abu Daud, dari Khudzaifah bin Yaman). Dengan demikian, psiko momentum orang yang beriman di dalam ibadah shalat menjadi lebih kaya dan berkhazanah. Nabi Saw juga bersabda kepada Bilal bin Rabbah, “Bangunlah wahai Bilal, dan gembirakanlah kami dengan shalat.” (H.R.Abu Daud, dari Bilal bin Rabbah).

Melalui hadits ini, Nabi Saw mengajarkan kepada umatnya, agar menjadikan shalat sebagai wahana untuk bahagia. Raih kejayaan, dan tegaklah dalam kejayaan, dengan menjadikan shalat sebagai penyangga yang kokoh. Nikmati kejayaan di jalan yang lurus, dengan menegakkan shalat, walaupun terkadang ada kegemerlapan di persimpangan jalan yang menggoda. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan