Takwa Itu Kualitas

  • Bagikan
Takwa Itu Kualitas

Oleh Abdul Hakim Siregar

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahateliti” (QS. Al-Hujurat: 13)

Takwa sebagai kualitas maksudnya, sesuatu yang dapat diperoleh atau ditambahkan dalam diri sendiri melalui Pendidikan dan pembiasaan. Satu upaya meningkatkan derajat takwa dengan berpuasa. Lewat kendali diri atau menahan diri dalam berpuasa, maka predikat takwa didapat.

Menurut almarhum Fazlur Rahman, intektual Muslim asal Pakistan lebih memilih bermukim di Amerika Serikat daripada di Pakistan (terlalu banyak intrik politik kepadanya) menyebut takwa merupakan istilah tunggal yang terpenting dalam Al-Quran. Takwa pada tingkatan tertinggi menunjukkan kepribadian manusia yang utuh dan integral semacam “stabilitas” semua unsur positif diserap dalam diri manusia. Karena itu, takwa melindungi diri dari akibat dari akibat perbuatan sendiri yang buruk dan jahat. Konsep takwa ini dapat dijelaskan dengan “hati nurani” berupa kekokohan di dalam tensi moral, sehingga manusia memiliki kualitas amal baiknya. Jadi, takwa merupakan kumpulan perbuatan baik, sedangkan esensinya selalu taat kepada Allah Swt agar terhindar dari azab-Nya.

Alkisah, Umar Bin Khattab pernah ditanya terkait dengan pengertian takwa, ia menjelaskan perumpamaan takwa ibarat berjalan di kegelapan malam (tanpa penerangan) di atas batu atau kerikil tajam, perlu kewaspadaan dan kehati-hatian.

Menurut pendapat satu ulama, takwa dapat dibagi menjadi empat. Pertama, takwa orang awam, karena menghindarkan syirik. Kedua, takwa orang istimewa, karena menghindari maksiat. Ketiga, takwa para wali, menghindarkan diri dari perbuatan jelek. Keempat, takwa para nabi, karena menghubungkan diri dengan berbagai aktivitas yang di dalamnya terkandung takwa.

Takwa sebagaimana halnya dengan sifat baik lainnya, seperti sabar, ikhlas, syukur, dan tawakal merupakan kualitas. Bukan identitas fisik semata. Malahan bisa jadi, penandaan jasmaniah, seperti jenis kelamin, bangsa, suku, warna kulit, dan lainnya, yang seharusnya “Tanda Pengenal?” berubah menjadi alat ketakaburan, rasial, dan dominasi untuk diskriminasi.

Ada saja orang atau kelompok yang mengistimewakan jenis kelamin pria dibandingkan wanita. Sebaliknya, juga terdapat orang atau puak yang mengutamakan wanita daripada pria? Masih ada suku dan bangsa yang merasa rasnya lebih unggul ketimbang bangsa lainnya.

Sampai kini, jamak di antara kita menilai atau mempersepsikan kehormatan dan kemuliaan seorang terletak pada jenis kelamin, warna kulit, suku, etnis, bangsa, harta, pangkat, jabatan, dan bahkan agamanya?

Padahal, Tuhan menegaskan yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang bertakwa atau takwa. Tuhan lebih menilai kualitas manusia atau amal baik yang kita lakukan dibanding penilaian kita yang sering tercemarkan dengan identitas berbaur kesombongan tadi.

Pada Ramadhan ini, puasa dapat menjadi Pendidikan atau sarana latihan untuk lebih takwa atau bertakwa. Ada banyak tantangan dalam hidup, seperti makanan dan minuman pada siang hari. Dengan berpuasa sebagai kendali diri, kebiasaan itu dapat meliputi aspek lain dalam kemanusiaan dan kehidupan ini.

Saat berpuasa, kita berupaya menahan diri dari segala hal yang membantalkan puasa, hal itu membutuhkan kualitas diri. Sebab, jika tidak, kita dapat tergoda atau menipu diri seolah tahan, padahal sudah batal.

Salah satu persoalan manusia dan dalam hidup ini, kecenderungan instan, segera, tergesa, dan terburu-buru? Ini, sangat menggoda kita untuk bereaksi dan bertindak segera. Tanpa pikiran jernih dan akal sehat. Belakangan, baru kita menyesali atau bahkan putus asa atas apa yang kita perbuat.

Takwa yang kita upayakan lewat berpuasa ini merupakan latihan peningkatan kualitas diri dan sosial, kolektif, sehingga kita semakin baik dalam memandang manusia dan kehidupan ini disertai takwa, tawakal, tawaduk, serta kualitas-kualitas sifat baik lainnya.

(Kepala MAN Insan Cendekia Tapsel)

  • Bagikan