Tanggung Jawab Individu

TAFSIR ALQURAN APLIKATIF (QS. Al An’am: 52)

  • Bagikan
<strong>Tanggung Jawab Individu</strong>

Oleh Prof Dr Faisar A. Arfa, MA (Dosen Pascasarjana UINSU & UMSU)

Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya, Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim (QS. Al An’am: 52)

Dan janganlah kamu mengusir dari sisimu orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya, melainkan jadikanlah mereka sebagai teman-teman dudukmu dan teman-teman dekatmu.

Orang-orang yang menyeru Tuhannya. Yakni menyembah-Nya dan memohon kepada-Nya di pagi hari dan petang hari.  Firman Allah SWT: sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. Yakni dengan amalnya itu mereka menghendaki ridha Allah, mereka kerjakan semua ibadah dan amal ketaatan dengan hati yang ikhlas karena Allah.

Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu. Dengan kata lain, sesungguhnya perhitungan amal perbuatan mereka hanyalah kepada Allah SWT, dan aku tidak memikul tanggung jawab hisab mereka barang sedikit pun, sebagaimana mereka pun tidak bertanggung jawab sedikit pun terhadap perhitungan amal perbuatanku.

Firman Allah SWT: Yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim (QS. Al-An’am: 52). Yakni jika kamu melakukan hal tersebut, akibatnya adalah seperti itu. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Asbat (yaitu Ibnu Muhammad), telah menceritakan kepadaku Asy’as, dari Kardus, dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa ada segolongan pemuka Quraisy lewat di hadapan Rasulullah SAW

Pada saat itu di sisi Beliau terdapat Khabbab, Suhaib, Bilal, dan Ammar. Lalu mereka (para pemuka Quraisy) berkata, “Hai Muhammad, apakah kamu rela menjadi teman orang-orang itu (yakni yang ada di sisi Nabi SAW)?” Maka turunlah ayat ini: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya, sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur Asy’as, dari Kardus, dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa segolongan pemuka Quraisy lewat di hadapan Nabi SAW yang ketika itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal, Ammar, Khabbab, dan lain-lainnya dari kalangan orang-orang Muslim yang daif. Lalu para pemuka Quraisy itu berkata:

“Hai Muhammad, apakah engkau rela orang-orang itu sebagai kaummu? Apakah mereka adalah orang-orang yang dianugerahi oleh Allah di antara kami? Apakah pantas kami akan mengikuti jejak orang-orang itu? Usirlah mereka! Barangkali jika engkau mengusir mereka, kami akan mengikutimu.” Maka turunlah firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki kerihdaan-Nya (QS. Al-An’am: 52). Sampai dengan firman-Nya: Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang-orang miskin).

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Sa’id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Nasr, dari As-Saddi, dari Abu Sa’id Al-Azdi —qari’ Al-Azdi—, dari Abul Kunud, dari Khabbab sehubungan dengan firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari (QS. Al-An’am: 52).

Bahwa Al-Aqra’ ibnu Habis At-Tamimi dan Uyaynah ibnu Hasan Al-Fazzari datang, lalu mereka menjumpai Rasulullah SAW yang pada saat itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal, Ammar, dan Khabbab. Ketika itu Rasulullah SAW sedang duduk di antara segolongan kaum mukmin yang duafa. Ketika mereka melihat orang-orang itu berada di sekitar Nabi SAW, mereka menghina orang-orang duafa itu di hadapan teman-teman mereka. Lalu mereka datang kepada Nabi SAW, dan kaum dhuafa membiarkan Nabi SAW menemui mereka.

Lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami menginginkan agar engkau membuat suatu majelis khusus buat kami, mengingat semua orang Arab telah mengenal keutamaan kami. Karena delegasi-delegasi dari banyak kalangan orang-orang Arab sering datang kepadamu, maka kami akan merasa malu bila mereka melihat kami ada bersama para budak ini. Untuk itu apabila kami datang kepadamu, tolong usirlah mereka dari kami; dan jika kami telah selesai dengan urusan kami, silakan engkau duduk kembali bersama mereka jika engkau suka.”

Nabi SAW menjawab, “Baiklah.” Mereka berkata, “Kalau demikian, tentukanlah olehmu hari-harinya buat kami secara tertulis.” MakaNabi SAW memanggil sahabat Ali dan meminta sebuah lembaran, kemudian beliau SAW memerintah-kan Ali untuk mencatat hal tersebut, sedangkan ketika itu kaum duafa berada di suatu sudut yang agak jauh dari mereka. Dan pada saat itu juga turunlah Malaikat Jibril seraya membawa firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya (QS. Al-An’am: 52), hingga akhir ayat. Maka Rasulullah SAW melemparkan lembaran itu dari tangannya, kemudian beliau memanggil kami, maka kami pun datang kepadanya.

Dan demikianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian yang lain (QS. Al-An’am: 53). Yakni Kami coba dan Kami uji sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain. supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?”

Pada garis besarnya kaum kafir Quraisy menghina orang-orang dari kalangan kaum duafa yang beriman kepada Nabi SAW Mereka tak segan-segan menyiksa siapa saja dari kalangan kaum duafa itu yang berada di bawah wewenangnya.

Orang-orang musyrik Quraisy tersebut sering mengatakan, “Orang-orang seperti inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” Dengan kata lain, “Tidaklah layak bagi Allah memberi petunjuk kebaikan kepada orang-orang seperti ini, sekiranya apa yang mereka ikuti itu baik, lalu kami dibiarkan.

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan: Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk kalian, dan tidak (pula) kepada warna kulit kalian, tetapi Allah memandang kepada kalbu dan amal perbuatan kalian. 

Bahwa Atabah ibnu Rabi’ah, Syaibah ibnu Rabi’ah, Mut’im ibnu Addi, Al-Haris ibnu Naufal, Qurazah ibnu Abdu Amr ibnu Naufal bersama sejumlah orang dari Bani Abdu Manaf, dari kalangan orang-orang kafir mereka; semuanya datang kepada Abu Talib, lalu mereka berkata, “Hai Abu Talib, mengapa anak saudaramu —yaitu Muhammad— tidak mengusir semua maula kita dan teman-teman sepakta kita, karena sesungguhnya mereka semua hanyalah bekas budak-budak dan pelayan-pelayan kita. Apabila dia mau mengusir mereka, maka hal itu sangat kami hargai, dan kami hormati dia di kalangan kami; lebih mendekati untuk diikuti oleh kami, dan kami akan percaya kepadanya karena itu.”

 Maka Abu Talib datang kepada Nabi SAW dan membicarakan hal tersebut kepadanya. Umar ibnul Khattab r.a. berkata memberikan sarannya, “Jangan dahulu engkau melakukan hal itu sebelum engkau teliti benar apa yang mereka kehendaki dan apa yang mereka maksudkan dari ucapan mereka itu.” Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. Sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur kepadaNya.

  • Bagikan