Serunya Ikut Panen Duku di KCBN Muarajambi, Nilainya Bisa Sampai Rp700 Juta

  • Bagikan
Serunya Ikut Panen Duku di KCBN Muarajambi, Nilainya Bisa Sampai Rp700 Juta

JAMBI (Waspada): Selain 115 komplek candi, Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi yang luasnya mencapai 3.981 hektar juga berisi aneka pohon buah-buahan yang punya nilai ekonomis. Pohon buah yang paling banyak menghiasi hutan di KCBN Muarajambi ini adalah Pohon duku, durian, rambutan dan cempedak.

“Kebetulan kami baru selesai panen duku. Kalau sekali panen itu bisa menyumbang sampai 700 juta rupiah sebagai Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP),” ujar Kepala Balai Perlindungan Kebudayaan (BPK) Wilayah 5 Jambi, Agus Widiatmoko, dalam bincang-bincang santai dengan sejumlah wartawan peserta Tur Media (Press Tour) ke KCBN Muarajambi yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Sabtu (3/2/2024).

Proses panen duku dari kawasan hutan di KCBN Muarajambi dilakukan oleh masyarakat setempat, di bawah naungan tim BPK 5 Jambi. Hal itu disebabkan pengelolaan KCBN Muarajambi memang melibatkan secara aktif masyarakat sekitar.

“KCBN Muarajambi ini bukan hanya milik pemerintah, tapi sesungguhnya milik masyarakat. Jadi sudah selayaknya masyarakat berperan aktif dalam setiap panen raya hasil hutan di sini,” ujar Agus.

Menelusuri KCBN Muara jambi, sepanjang mata memandang memang dipenuhi aneka ragam pohon besar. Pohon duku, paling banyak ditemukan. Agus Widiatmoko menyebutkan, setidaknya ada 130 hektar area hutan yang selama ini hasil buah-buahannya dikelola bersama.

“Desember kemarin panen durian. Awal tahun ini panen duku. Lumayan bisa ikut mengisi kas negara,” tambah Agus, sumringah.

Rombongan tur media melihat langsung jajaran komplek Candi Muarajambi yang tengah dan telah selesai di renovasi. Di komplek Candi Koto Mahligai, misalnya, tampak masih dalam proses revitalisasi. Menurut pemandu tur dari BPK 5 Jambi,  Agus Sudaryadi, Koto Mahligai baru saja selesai proses pengupasan (okupasi).

Di struktur candi utamanya, bahkan masih bertengger Pohon Duku.

“Itu pohon duku masih ada di atas candi, pak?” tanya salah seorang awak media.

Agus Sudaryadi menjawab kalau awalnya, hampir semua komplek candi dipenuhi pepohonan besar. Itu sebabnya, keberadaan candi memang sulit ditemukan, karena bentuknya seperti bukit kecil dengan akar pohon yang kuat.

“Itu sebabnya juga, proses pemugaran dan revitalisasi berjalan cukup lama, karena upaya okupasinya lumayan sulit,” terang Agus Sudaryadi.

Di komplek Candi Kedaton yang telah kelar revitalisasinya, para awak media masih menemukan satu atau dua pohon duku. Semuanya masih berisi rentengan buah duku, meski tidak terlalu rimbun karena telah dipanen.

“Asiiiik, panen duku lagi kita!” seloroh sejumlah jurnalis sambil kegirangan. (J02)

  • Bagikan