Investasi Waktu Untuk Beribadah

  • Bagikan
Investasi Waktu Untuk Beribadah

Oleh Asep Safa’at Siregar, S.Sos.I, M.Pd

“Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu” (HR Nasai dan Baihaqi)

Waktu terus berjalan dan berlalu dan tidak akan pernah kembali. Sungguh semakin banyak kita melewati waktu maka pada hakikatnya akan semakin berkurang jatah waktu kita di dunia. Karena itu, sangat penting untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Jangan sampai waktu kita lewatkan tanpa sesuatu hal yang bermanfaat. Bagi kita yang beriman, waktu harus mampu kita isi dengan amal ibadah. Tiada waktu yang terlewatkan kecuali dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Akan lebih baik lagi bila semakin lama kita menggunakan waktu maka semakin baik pula amal ibadah dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Berbicara tentang waktu, maka semua orang mengakui betapa pentingnya waktu. Saking berharganya waktu, orang Barat menganalogikannya “Time is money” artinya waktu adalah uang. Artinya, tidak ada yang lebih berharga dari waktu, dan menyia-nyiakannnya adalah kerugian. Demikian pula orang Arab memiliki pepatah tentang waktu Al-waqtu kassaif, fa in lam taqtha’hu qatha’aka artinya waktu adalah seperti pedang, maka jika kamu tidak menebaskannya, ia yang akan menebasmu). Mereka mengibaratkan waktu adalah sebilah pedang. Bila kita mampu menggunakan waktu maka eaktu adalah senjata yang paling tajam. Sebaliknya jika kita tidak bisa menggunakannya maka kita sendiri yang bakal ditebas oleh waktu. Pepatah ini mengingatkan kita bahwa waktu terus berjalan tanpa kompromi, dan waktu yang telah berlalu tak pernah akan kembali. Jika kita tidak menggunakan waktu, dalam pengertian berbagai kesempatan, seperti peluang untuk sukses dan berprestasi, bisa jadi kesempatan itu tak akan kunjung lagi.

Sementara itu, Rasulullah saw mengingatkan kita semua, bahwa baiknya seseorang itu tergantung bagaimana ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuknya. “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah). Dalam kesempatan lain Rasulullah SAW bersabda: “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang” (HR Bukhari, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Maka, bila kita menyadari waktu tak akan pernah terulang, maka tidak ada pilihan lain kecuali mengisinya dengan segala hal yang bermanfaat. Hidup ini sejatinya hanya menunggu waktu, sementara kita tidak pernah tahu kapan waktu itu akan berakhir. Yang pasti usia kita terus berkurang oleh pergantian waktu.

Rasulullah saw pernah ditanya oleh para sahabat perihal paling baik dan buruknya manusia. Kemudian Nabi SAW menjelaskan bahwa manusia terbaik adalah mereka yang oleh Allah diberikan umur panjang, kemudian digunakan untuk melakukan kebaikan. Sebaliknya, paling buruk manusia adalah mereka yang diberikan umur yang panjang, namun panjangnya umur tersebut digunakan untuk keburukan.“Dari Rasulullah SAW bahwa ia pernah ditanya: siapakah paling baiknya manusia? Nabi menjawab: orang yang dikaruniai umur panjang dan baik (benar) perbuatannya. Ditanyakan lagi: Dan siapakah paling jeleknya manusia? Nabi menjawab: orang yang panjang umurnya dan jelek perbuatannya” (HR. At-Tirmidzi).

Hadis ini mengingatkan kita bahwa umur merupakan nikmat dari Allah SWT yang sangat berharga. Bahkan penggunaan umur menjadi penentu kebaikan dan keburukan manusia. Mereka yang dikaruniai umur panjang yang menggunakannya untuk mengerjakan kebaikan, memperbanyak ibadah, dan terus konsisten dalam ketaatan, maka termasuk dalam golongan paling baiknya manusia. Sebab mereka telah dikaruniai umur panjang dan berhasil menggunakannya untuk kebaikan. Begitu juga sebaliknya, orang yang dikaruniai umur panjang oleh Allah namun tidak ada tambahan kebaikan sama sekali dalam hidupnya, justru selalu melakukan keburukan, kemaksiatan, melanggar perintah-perintah Allah, dan tidak pernah menunaikan kewajiban-Nya, maka orang ini termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi selamanya.

Karena itu, marilah jadikan setiap waktu yang terus berlalu ini sebagai kesempatan untuk memperbanyak amal ibadah kepada Allah SWT. Sudahkah tambahan umur juga menjadi perantara untuk menambah kebaikan, menambah ibadah dan ketaatan? Atau justru sebaliknya, kemaksiatan terus bertambah dan kejelekan terus dilakukan. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam salah satu karyanya mengatakan, bahwa bertambahnya umur dan kebaikan menjadi barometer keimanan seseorang. Karena orang-orang yang beriman akan terus bertambah kebaikannya seiring dengan bertambahnya umur. Dalam kitab Lathaiful Ma’arif dijelaskan:“Maka orang beriman yang menunaikan semua ketentuan-ketentuan iman, tidak akan bertambah dari panjangnya umur selain (juga bertambah) kebaikan. Dan, siapa saja yang bisa seperti ini, maka hidup (di dunia) lebih baik baginya daripada mati.”

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita semua untuk senantiasa berdoa kepada Allah untuk menjadikan hidup di dunia sebagai ajang untuk selalu menambah kebaikan. Adapun lafal doanya adalah sebagai berikut:“Ya Allah, jadikanlah kehidupan ini sebagai nilai tambah bagiku dalam semua kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala kejahatan” (HR Muslim).

Sebab waktu adalah harta yang sangat berharga bagi manusia, maka kita harus mengupayakan segala aktivitas kita untuk menambah amal ibadah di sisi Allah SWT. Tidak ada kehidupan, bahkan kematian manusia sekalipun, kecuali bersama waktu. Bergantinya detik, menit, hari, bulan, atau tahun adalah penanda mesin waktu kehidupan berputar. Putaran waktu itu tidak saja di dunia, tapi juga ada putaran waktu kehidupan di akhirat kelak. Bahkan waktu akhirat itu lebih panjang dan utama dibandingkan waktu dunia (QS. Ad-Dhuha: 4)). Dalam putaran waktu, tentu banyak hal yang berubah, berganti, datang, pergi, atau lahir dan mati. Ada harapan yang sesuai dengan kenyataan. Banyak pula kenyataan yang tak sesuai dengan harapan. Karena memang hidup dan kematian dijadikan Allah SWT untuk menguji manusia, siapa yang lebih baik amalnya di Dunia (QS. Al-Mulk: 2).

Tidak ada momentum terbaik lagi bagi manusia untuk beramal, kecuali waktu di dunia. Akan sangat merugi orang yang meninggalkan apa yang harus dilakukannya di dunia yang tak mungkin dilakukannya esok di akhirat. Maka, kebaikan itu dimulai saat ini, di dunia ini, karena itulah sebaik-baik kesempatan beramal yang kita miliki. Sebelum hari penyesalan itu tiba di akhirat nanti, maka kita harus persiapkan amal ibadah sejak dini. Karena ternyata, kematian bukan akhir dari segalanya dan kuburan bukan tempat peristirahatan terakhir. Kematian justru awal dari perjalanan panjang yang penuh pertanggungjawaban dan mendebarkan. Sedangkan kuburan hanyalah tempat penantian sementara menjelang kiamat tiba. Maka, tidak ada sebaik-baik bekal perjalanan, kecuali ketakwaan (QS. Al-Baqarah: 197). Mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di Dunia saja, kita mati dan hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain waktu” (QS. Al-Jatsiyah: 24).

Untuk itu, seorang Muslim tidak boleh menganggap kehidupan ini hanya di dunia saja, tapi juga ada kehidupan akhirat yang lebih utama. Hanya orang yang mengabaikan perintah, larangan, dan peringatan Allah yang akan tertipu dengan kehidupan dunia. Orang yang selamat dari tipuan dunia adalah orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk kematian. Itulah bentuk kecerdasan sejati seperti yang dikatakan oleh Rasulullah SAW: “Tidaklah keselamatan hidup di Akhirat kita dapati, kecuali dengan keselamatan hidup di Dunia ini. Maka, hanya waktu di Dunia ini kesempatan kita untuk investasi bekal Akhirat kita kelak. (HR. Ibnu Majah).

Terkait dengan pemanfaatan waktu, Rasulullah SAW bersabda: “Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu” (HR Nasai dan Baihaqi). Allah berfirman:’’Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS Al-‘Ashr: 1-3).

Terakhir, kita harus mengingat pesan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis Qudsi: “Sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Wahai anak Adam! Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu” (HR. Ahmad). Semoga kita bisa menginvestasikan waktu yang tersisa ini untuk beribadah kepada Allah SWT. Amin. Wallohu a’lam.

Guru Dan Kepala Divisi Humas dan Pemberdayaan Umat Pesantren Modern Unggulan Terpadu “Darul Mursyid” (PDM), Tapanuli Selatan.

  • Bagikan